
KONFLIK berdarah antara dua negara sempalan eks-Uni Soviet di wilayah Kaukasus selatan yakni Armenia dan Azerbaijan terkait sengketa di Nagorno-Karabakh cukup merisaukan karena digunakannya senjata pemusnah massal.
Justeru saat berlangsung mediasi dengan mempertemukan pimpinan kedua belah pihak oleh oleh Rusia di Moskow, Sabtu (10/10), terjadi saling tuding, lawannya telah “mencuri start” untuk mendapatkan posisi lebih baik di medan tempur.
Pihak Azerbaijan menuduh pasukan Armenia yang terdesak, meluncurkan rudal-rudal balistik taktis Iskander dan Tochka a.l menyasar kota Ganja di wilayahnya yang berbatasan dengan lokasi palagan sengketa di Nagorno-Karabakh.
Rudal Iskander tercatat lumayan baru, diproduksi oleh Rusia (pasca bubarnya Uni Soviet) untuk menggantikan rudal OTR 21 Tochka yang sudah usang, bisa membawa hulu ledak nuklir, bom-bom kluster, thermo baric, penghancur bunker dan “pembunuh” radar.
Diberi kode SS-26 Stone oleh Barat, rudal Iskander terus ditingkatkan keandalannya sejak peluncuran perdana pada 1996 sampai seri terakhir yakni 9K720 atau Iskander-M berjangkauan sampai 500 Km dan mampu membawa sampai 800 Kg ragam hulu ledak.
Iskander-M dengan bobot sekitar 4,6 ton mampu melesat pada kecepatan hipersonik antara 2.100 –2.600 Km per jam (Mach 6–7) dan terbang pada ketinggian 50 km.
Kelebihan Iskander M, menurut pembuatnya, mampu bermanuver pada ketinggan dan lintasan yang berbeda pada 20 sampai 30 kali gravitasi untuk menghindari kejaran rudal anti rudal lawan.
Selain Iskander-M, baik Armenia dan Azerbaijan juga masih mengoperasikan rudal taktis jangka pendek OTR 21 Tochka dengan tiga varian (Tochka A, B dan C) berjarak jangkau dari 70 Km sampai 185 Km.
Rudal Tochka yang oleh Barat diberi kode SS-21 Scarab semula dirancang oleh Rusia pasca Perang Dingin pada awal 1990-an untuk menggantikan roket Luna-M yang belum menggunakan sistem kendali (rudal).