4 Tantangan Perekonomian Indonesia dan Global

0
134
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (Foto: Antara/Astrid Faidlatul Habibah)

JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengutarakan ada empat tantangan utama yang dihadapi oleh perekonomian Indonesia dan global saat ini.

Tantangan pertama adalah ketegangan geopolitik global yang mengakibatkan perubahan besar terhadap kebijakan ekonomi negara-negara besar, termasuk Indonesia.

Menurut Sri Mulyani, negara-negara besar cenderung lebih fokus pada kepentingan internal, lebih proteksionis, dan akibatnya dunia menjadi terfragmentasi.

“Ini berarti tren globalisasi berubah menjadi deglobalisasi,” katanya saat menyampaikan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM PPKF) RAPBN 2024 di Jakarta, Jumat (19/5/2023).

Sri Mulyani menjelaskan bahwa ketegangan geopolitik ini dimulai ketika Amerika Serikat menerapkan kebijakan reshoring, yaitu mengembalikan sektor manufaktur ke dalam wilayah negaranya sendiri.

Kebijakan ini memicu ketegangan antara Amerika Serikat dan China, yang merupakan dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia.

Selain itu, konflik antara Ukraina dan Rusia juga semakin memperburuk polarisasi kerja sama ekonomi antara negara-negara lain. Proses dedolarisasi juga memiliki dampak besar terhadap perekonomian global.

Tantangan kedua adalah perkembangan teknologi digital yang cepat, yang membawa tantangan baru seperti penghematan tenaga kerja secara massal (labour saving) dan masalah keamanan privasi dan siber.

Selanjutnya, tantangan ketiga adalah perubahan iklim yang saat ini merupakan ancaman nyata bagi manusia dan perekonomian. Perubahan iklim menyebabkan cuaca ekstrem yang merugikan baik dalam hal korban jiwa, kerugian aset, maupun penurunan aktivitas produksi.

Sri Mulyani mengatakan bahwa respons kebijakan mitigasi dan adaptasi yang dilakukan oleh negara maju juga memiliki dampak yang signifikan.

“Amerika Serikat menerapkan Inflation Reduction Act (IRA), sedangkan Eropa menerapkan Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM),” ujarnya.

Hal ini menjadi hambatan nontarif yang nyata bagi perdagangan internasional dan investasi, baik dari maupun ke Amerika Serikat dan Eropa. Hal ini merupakan tantangan bagi Indonesia untuk terus menjaga kinerja eksternalnya.

Tantangan keempat adalah persiapan Indonesia terhadap kemungkinan terjadinya pandemi lainnya.

Sri Mulyani menjelaskan bahwa Covid-19 bukanlah satu-satunya pandemi di dunia, oleh karena itu Indonesia harus selalu siap menghadapi guncangan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi, termasuk dalam meredam efek jangka panjang yang ditimbulkan.

Selain keempat tantangan tersebut, perekonomian Indonesia pada 2023-2024 masih akan menghadapi tekanan berat. ”

“Inflasi global yang belum kembali ke tingkat rendah normal menyebabkan suku bunga global cenderung tinggi,” tuturnya dilansir dari Antara.

Akibatnya, likuiditas global akan ketat, biaya dana menjadi tinggi, ruang kebijakan di banyak negara menjadi terbatas, dan gejolak perbankan di Amerika Serikat dan Eropa menambah risiko ketidakpastian.

Advertisement div class="td-visible-desktop">