PORT SUDAN – Dewan Kesejahteraan Anak Nasional (NCCW) Sudan menyatakan bahwa lebih dari 15 juta anak di Sudan terpaksa putus sekolah akibat konflik yang terus berlanjut di negara tersebut.
Sekretaris Jenderal NCCW, Abdul Qadir Abdullah Abu, dalam konferensi pers di Port Sudan, ibu kota Negara Bagian Laut Merah, mengungkapkan bahwa Pasukan Dukungan Cepat (RSF) dituding melakukan pelanggaran serius terhadap anak-anak, termasuk menculik lebih dari 2.500 anak.
“Lebih dari 15 juta anak putus sekolah,” kata Abdul Qadir Abdullah Abu, sekretaris jenderal dewan tersebut, dalam konferensi pers di Port Sudan, ibu kota Negara Bagian Laut Merah, Selasa (12/11/2024).
Abu juga menyebutkan bahwa hampir 3.000 anak meninggal dalam pengungsian, dan RSF telah merekrut lebih dari 8.000 anak untuk terlibat dalam konflik.
Abu menekankan bahwa anak-anak adalah kelompok yang “paling rentan” dan memerlukan perlindungan khusus.
Sebelumnya, pada 30 Oktober, organisasi kemanusiaan Save the Children melaporkan bahwa lebih dari 2,8 juta balita di Sudan berada dalam situasi kritis karena krisis kemanusiaan yang memburuk akibat konflik.
Menurut laporan tersebut, anak-anak merupakan lebih dari setengah dari total 11 juta pengungsi, dengan banyak yang tinggal di kamp pengungsi, tempat penampungan sementara, sekolah yang kelebihan kapasitas, atau fasilitas umum lainnya.
Sudan sendiri telah terjebak dalam konflik antara militer Sudan dan RSF sejak pertengahan April 2023.
Data hingga 14 Oktober dari Proyek Data Lokasi dan Peristiwa Konflik Bersenjata (ACLED) mencatat lebih dari 24.850 orang tewas akibat konflik ini.
Sementara, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan bahwa lebih dari 14 juta orang telah mengungsi baik di dalam negeri maupun ke luar Sudan per 29 Oktober.