Meski masa pengabdiannya menjadi relawan guru SGI Dompet Dhuafa telah usai, Ari tak akan pernah berhenti mendedikasikan hidupnya untuk terus menebar ilmu yang bermanfaat bagi anak-anak di kawasan pelosok.
Kecintaannya dalam dunia pendidikan menghantarkan Muhammad Asyari, relawan Sekolah Guru Indonesia (SGI) Dompet Dhuafa Angkatan V ini menjalani pengabdian di Kampung Pematang Kanyere, Desa Banyuasih, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Banten. Selama setahun lamannya mengabdi, berbagai pengalaman dan kenangan mulai terukir kembali dibenak pemuda yang dikenal aktif dalam bermasyarakat ini.
Bagi pemuda asal Lombok ini, tidak mudah menjalani pengabdian di salah satu wilayah pelosok Banten itu. Berbagai rintangan dan hambatan menjadi perkenalan pertama yang harus dirasakannya. Jarak yang ditempuh sepanjang 3 hingga 5 kilometer ketika menuju Sekolah SDN Banyuasih 3 tempatnya mengabdi menjadi seorang guru pendidikan agama. Belum lagi, medan yang begitu sulit, dengan jalan yang penuh kerikil batu dirasanya semakin menambah beban yang harus dihadapinya.
Problematika yang dihadapi, tak lantas membuat Ari, demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini tak menjadikan hambatan tersebut sebagai beban yang menyurutkan semangatnya dalam meluruskan niat dan tujuannya untuk terus menebar ilmu yang bermanfaat bagi anak-anak, khususnya yang berada di kawasan pelosok.
“Bila sudah niat, Insya Allah apa yang direncanakan selalu mendapat Ridho-Nya. Jadi berusaha jalani pengabdian sebaik mungkin,” ujarnya tersenyum ringan.
Ilmu agama
Mengabdi sebagai seorang guru, pemuda yang dikenal murah senyum ini lebih memilih untuk mengajarkan anak-anak dalam pengetahuan ilmu agama. Menurutnya, di kawasan Banyuasih, masih banyak sekali anak-anak yang kurang akan pengetahuan dasar agama. Atas dasar tersebut, hatinya semakin mantap untuk mendedikasikan diri menebar manfaat mengajarkan pengetahuan agama yang dimilikinya.
“Saya mengajar mulai dari hal-hal dasar, misal dari fikih, adab kehidupan sehari-hari, dan ilmu dasar lainnya. Karena memang setelah saya survei, ilmu agama yang mereka kuasai masih sangat rendah,” jelasnya.
Tidak hanya mengabdikan diri di sebuah sekolah dasar, pemuda yang begitu mencintai dunia sosial ini juga mengajar di sebuah madrasah Diniyah Awwaliyah (MDA) dan majelis taklim Daarurroja, yang diprakarsainya bersama tim relawan guru SGI Angkatan 5 lainnya yang juga ditugaskan di wilayah setempat pada Januari tahun lalu. Di ruang majelis itulah, keceriaan dan semangat anak-anak Desa Banyuasih nampak terlihat ketika mengikuti pengajian iqro dan juz amma yang dilakukan setiap menjelang sore hari.
“Anak-anak begitu antusias ketika mengikuti pelajaran. Mudah-mudahan ini terus diamalkan sama mereka selamanya,” harapnya.
Meski masa pengabdiannya menjadi relawan guru SGI Dompet Dhuafa telah usai, namun Ari tak akan pernah berhenti mendedikasikan hidupnya untuk masyarakat khususnya dalam hal pendidikan. Baginya, menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang banyak merupakan bentuk kesuksesan yang sesungguhnya. SC