BANGLADESH – Berbagai kecaman ditujukan untuk pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi yang pada Selasa telah berbicara tentang kekerasan yang terjadi di Rohingya.
Sebelumnya Suu kyi diam tak pernah berkata, sehingga dianggap tidak peduli akan nasib warga muslim Rohingya yang hidupnya dibayangi penganiayaan dan kekerasan.
CNN berhasil mewawancarai empat pengungsi Rohingya yang ingin menyampaikan pesan bagi Suu Kyi.
Baser 945) adalah seorang tetua desa dan mengatakan bahwa dia mendorong orang-orang di desanya untuk tetap tenang dan tidak berkelahi. Dia menyalahkan Suu Kyi atas kekerasan tersebut.
“Apa yang dilakukan Aung San Suu Kyi tidak baik, saya tidak punya kata-kata untuk menggambarkan kekerasan tersebut. Menjadi pemimpin, Aung San Suu Kyi sangat menyiksa kita. Dia bertanggung jawab atas kekerasan ini.” ujarnya.
Selain Baser, Asma (40) yang tiba di Bangladesh seminggu yang lalu setelah melarikan diri bersama keluarganya dari sebuah desa dekat Maungdaw di Rakhine utara, sekarang tinggal dengan tiga keluarga lain di sebuah tempat penampungan di salah satu kamp yang terdaftar di PBB, Kutupalong.
“Kami mempercayai kata-kata Aung San Suu Kyi, tapi dia menyiksa kita dengan menggunakan militer dan polisi. Kelompok-kelompok tersebut menangkap kita, membunuh kita, membakar kita, dan sekarang mereka mengusir kita dari negara kita sendiri.” ungkapnya.
“Kami hanya ingin mengatakan kepadanya bahwa dia harus menerima kami sebagai Rohingya, dan mari kita bergerak dengan bebas dan membiarkan orang lain mengunjungi kami.” pintanya.
Nurun Nahar (45) yang tiba di Bangladesh pada hari Kamis setelah melarikan diri dari kekerasan yang melanda tanah airnya juga menyampaikan pesannya.
“Kami menuntut Aung San Suu Kyi mengembalikan kami ke negara kami, desa kami, dan rumah kami, properti kami juga, dia tidak berhak menjaga kami dalam situasi ini.” ujarnya.
“Jika dia ingin kita kembali, dia harus membiarkan kita hidup dalam damai, dan berjanji kepada kita bahwa dia tidak akan memulai kekerasan ini lagi di masa depan.” harapnya.
Sementara Jhuno (80), mengatakan pasukan pemerintah melakukan serangan di desanya di malam hari dan pagi hari. Dia bilang lututnya terluka saat dia kabur dan tidak bisa duduk atau berjalan dengan benar sekarang.
“Kami pikir Aung San Suu Kyi akan memberi kami kedamaian, tapi dia gagal melakukannya. Hanya kekerasan, terlalu banyak kekerasan.” katanya.
“Bahkan anak berusia 12 tahun tidak bisa keluar rumah, atau berjalan dengan bebas.”
“mi datang ke Bangladesh karena kehidupan di rumah sangat berbahaya. Peluru terbang seperti hujan.” ungkapnya pilu.
Sementara dunia mengecam dan pengungsi berharap banyak darinya, Suu Kyi berpidato hari ini dengan mengatakan dia tidak ingin Myanmar menjadi negara yang terbagi dalam keyakinan agama atau etnisitas karena semua memiliki hak atas beragam identitas.
Dia juga mengungkapkan kesedihannya untuk semua kelompok yang mengungsi akibat kekerasan, dia mengatakan negaranya siap “kapan saja” untuk mengambil kembali pengungsi yang tunduk pada proses “verifikasi”.
Namun pernyataannya hanya akan jadi retorika jika tidak ada aksi nyata untuk menghentikan kekerasan yang dilakukan militer Myanmar.