Gencatan senjata terancam bubar

0
160
Euforia kedua belah pihak saat gencatan senjata antara Hamas dan Israel disepakati pada 19/1 lalu. Hari ini belum ada laporan pembebasan sandera yang sudah dijadwalkan sebelumnya..
Euforia kesepakatan gencatan senjata Hamas dan Israel, 19 Jan, lalu, Gencatan senjata terancam batal jika pembebasan sandera atau tahanan tertunda

GENCATAN senjata antara Hamas dan Israel yang sudah berjalan sjak 19 Januari dengan pembebasan sandera serta tahanan antara kedua belah pihak, terancam terhenti jika ada yang melanggarnya.

Sabtu akhir pekan ini (15/2)  sesuai kesepakatan, Hamas mestinya membebaskan lagi tiga sandera warga Israel yang disekapnya sejak 7 Oktober, ’23, namun sampai Minggu (16/2) belum dilaporkan.

Seperti dilaporkan AFP, muncul ketidakpastian dalam beberapa hari terakhir setelah Israel mengancam akan melanjutkan seranga ke wilayah Gaza jika tiga sandera yang akan dibebaskan, Sabtu, ditunda atau dibatalkan.

Situasi juga diperparah oleh gagasan Presiden AS Donald Trump terkait pemindahan warga Palestina ke negara-negara tetangganya untuk memulai rekonstruksi Jalur Gaza yang dianggapnya tidak layak lagi dihuni karena sudah porak poranda dibombardir Israel.

Hamas sebaliknya juga menuding Israel melakukan pelanggaran gencatan senjata dengan menyerang wilayah Tepi Barat di tengah pelaksanaan gencatan senjata di Gaza sehingga menelan korban puluhan warga Palestina.

Gencatan senjata yang mulai berlaku sejak 19 Januari 2025 telah menghentikan sebagian besar pertempuran yang terjadi selama 15 bulan terakhir di Gaza.

Akan tetapi, ketegangan kembali meningkat setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengusulkan pengambilalihan wilayah Gaza oleh AS.

 

Sempat tunda

Hamas sebelumnya sempat menunda rencana pembebasan ketiga sandera tersebut, tetapi kini kembali berkomitmen untuk menjalankan pertukaran sesuai jadwal yang telah ditetapkan.

“Kami sangat ingin menerapkannya (gencatan senjata) dan mewajibkan Israel untuk sepenuhnya mematuhinya,” ujar juru bicara Hamas, Abdel Latif Al Qanou.

Sementara itu, jubir Pemerintah Israel, David Mencer mengingatkan, jika Hamas tidak membebaskan para sandera sebelum Sabtu siang, maka gencatan senjata akan berakhir.

Hamas menuding Israel menahan pengiriman alat berat yang dibutuhkan untuk menyingkirkan puing-puing akibat serangan di Gaza sehingga sejumlah buldoser masih tertahan di perbatasan Rafah, Mesir, menunggu izin masuk ke wilayah Gaza.

Di sisi lain, analis dari International Crisis Group, Mairav Zonszein menilai, meski keduanya saling berselisih secara terbuka, baik Israel maupun Hamas tetap memiliki kepentingan untuk mempertahankan gencatan senjata.

“Mereka hanya bermain-main soal kekuasaan,” kata Zonszein.

Sementara itu, ketidakpastian terkait gencatan senjata memicu gelombang protes di Israel. Puluhan keluarga sandera yang masih ditawan di Gaza turun ke jalan dan memblokir jalan raya dekat Tel Aviv.

Mereka melambaikan spanduk dan menuntut agar ketentuan gencatan senjata tetap dihormati. Di sisi lain, Hamas menyerukan pawai solidaritas di berbagai negara sepanjang akhir pekan ini.

Hamas mengajak masyarakat internasional mengecam dugaan rencana pengusiran rakyat Palestina dari Jalur Gaza.

Luka-luka lama antara kedua belah pihak yang bertikai agaknya membuat proses perdamaian di kawasan Timur Tenngah maju mundur. (AP/ns)

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here