Jutaan pengungsi dari beberbagai negara Timur Tengah telah mengembara dalam kondisi tak berdaya, selama beberapa tahun terakhir. Mereka telah memasuki Turki, Lebanon, Yordania, dan daerah Kurdi di Irak utara dan daerah lainnya. Sebagian mereka telah mengambil perjalanan berisiko menuju Eropa dan banyak yang mengikuti langkah itu. Hal ini menimbulkan pertanyaan: Mengapa orang-orang ini tidak menuju ke Semenanjung Arab (kawasan Teluk) ?
Kawasan Teluk terletak di planet ini, persis sejajar dengan daerah-daerah para pengungsi yang kini meradang dan melarikan diri, dengan jutaan orang mencari tempat berlindung yang aman. Namun, berapa banyak pengungsi yang diterima di kawasan Teluk sejauh ini? Tidak ada pernyataan yang jelas sebagai jawabannya.
Kawasan Teluk, pemimpinnya, pemerintahnya, masyarakatnya, ilmuwannya, intelektualnya dan lembaga kemanusiaan dan pejuang hak asasi manusia, semua harus mengambil inisiatif untuk mempertimbangkan kembali logika usang, bahwa “mereka tidak perlu menerima pengungsi karena dapat membantu mereka dari jauh”.
Jika warga Teluk ingin hidup di dunianya, memiliki bangsa yang cocok dengan lingkungannya, maka ia harus memiliki harga kemanusiaan, dan moral untuk membayarnya. Ini juga masalah agama, persaudaraan dan tugas nasional dan tidak ada yang dapat menggantikan kontak langsung dan memberikan tempat tinggal yang layak bagi pengungsi.
Dapatkah negara-negara Teluk benar-benar berpaling dan mengabaikan saudara-saudaranya yang telah tenggelam di kedalaman laut? Dapatkah mengabaikan fenomena mati lemas massa di dalam truk? Hal ini berkaitan dengan tanggung jawab moral atas tragedi dan kepanikan massa yang harusnya Negara Teluk lebih peduli sebelum negara lain peduli.
Laporan duka dan keprihatinan yang dikeluarkan oleh negara-negara Teluk setelah tragedi melanda para pencari suaka, tidak ada artinya. Karena kekhawatiran atas keselamatan saudaranya, mengharuskan mereka untuk secara aktif berkontribusi untuk menyediakan para pengungsi sebuah lokasi yang aman dan tidak membiarkan mereka keluar negeri berdesakan di dalam kapal yang rawan dan truk yang pengap.
Kita harus bebas dari semua delusi. Teluk memiliki lahan dan kemampuan yang cukup, bahkan lebih dari cukup, dan mampu pula melaksanakan tanggung jawabnya. Teluk memiliki gedung pencakar langit, tapi tidak mampu menyediakan kehidupan yang layak di tanah mereka. Malah membiarkan anak-anak dan anggota keluarga yang nota bene saudara-saudara mereka tidur di tempat terbuka disaksikan oleh bola mata bangsa-bangsa di dunia.
Negara Teluk seharusnya dapat merumuskan mekanisme yang efektif untuk mengakomodasi jumlah yang wajar dari pengungsi dan memperkenalkan langkah-langkah praktis untuk menyediakan mereka tempat perlindungan yang sesuai.
Pertanyaan yang melayang-layang di sepanjang cakrawala, bukankah situasi kemanusiaan yang tragis dan bencana yang memburuk saat ini, mendesak untuk mengadakan KTT kemanusiaan Teluk? Tidak haruskah, negara teluk dengan mitra-mitra mereka membahas mekanisme distribusi yang nyaman, untuk sejumlah besar pengungsi yang kehilangan rumah mereka?
Kita yakin negara-negara Teluk memiliki kemampuan yang lebih dari pada sekedar mengirimkan konvoi bantuan secara tradisional yang mendistribusikan selimut dan makanan ke pusat-pusat penampungan pengungsi yang dikelola negara-negara lain. Strategi yang efektif adalah membuatkan penampungan dan tidak membiarkan pengungsi berkeliaran tanpa daya di seluruh benua.
Tidak ada yang tabu dalam diskusi ini, selama anak-anak masih tidur di tempat terbuka dan keluarga sekarat selama perjalanan berbahaya mereka mencari tempat berlindung di seluruh dunia.
Kami tidak percaya, perbatasan Turki, Skandinavia dan daerah lain adalah satu-satunya rumah dengan hati yang penuh kasih.
Kami berharap Teluk tetap menjadi tempat keselamatan dan hidup yang bermartabat bagi saudara-saudaranya yang mengalami tragedi dan krisis, karena itu Teluk harus berkorban membayar biaya kemanusiaan dan moral untuk melaksanakan kewajiban agama dan persaudaraan. Masalah ini harus dibicarakan dan harus ada akuntabilitas dalam dewan perwakilan dan nasional di Teluk. Jangan pedulikan yang lainnya, ambillah prioritas untuk menyelamatkan kehidupan masyarakat, keamanan dan keselamatan mereka.
Teluk harus mengambil rasa tanggung jawabnya hari ini, sebelum generasi Teluk berikutnya bertanya-tanya setelah membaca buku sejarah mereka: Setelah tragedi dan bencana melanda negara-negara tetangga kita, negara kita mengambil tindakan untuk memberikan bantuan kepada mereka yang menderita. Nenek moyang kita tidak melakukan tugasnya dan menemukan cara untuk memberikan stabilitas dan keamanan. – Hossam Shaker, Penulis Arab di middleeastmonitor.com