Penurunan Rupiah dan Peningkatan Kemiskinan

0
197

TANGSEL – Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) membuat Indonesia mengalami krisis di sektor ekonomi. Pengamat Ekonomi, Yanuar Rizky, mengatakan, krisis yang dialami Indonesia saat ini berbeda dengan krisis moneter pada tahun 1998 silam.

Yanuar menjelaskan, krisis kali ini menyebabkan Indonesia terancam kekurangan logistik pangan. Akibatnya diperkirakan banyak orang kecil yang akan menjadi korbannya.

“Dampak terbesar bagi Indonesia adalah pangan. Program yang harus digalakkan pemerintah adalah ketahanan pangan,” kata Yanuar di Ciputat, Tangsel, Kamis (27/8) lalu.

Dia melanjutkan, pemerintah Indonesia seharusnya mengatasi hulu permasalahan krisis ekonomi yang terjadi saat ini bukan sibuk mengurusi hal-hal remeh lainnya seperti suara sumbang pihak oposisi.

Yanuar mengambil contoh, ketika Amerika Serikat menghadapi krisis ekonomi pada tahun 2008-2009 silam, pemerintahan Barack Obama yang berasal dari Partai Demokrat bersama kubu Partai Republik, dan Bank Sentral AS membentuk konsensus untuk mengakhiri krisis.

Keputusannya adalah mereka bersepakat untuk mendevaluasi nilai mata uang dolar agar kegiatan ekspor mereka meningkat. Pada saat itu, Indonesia berada dalam posisi yang beruntung karena harga barang-barang impor cenderung murah.

Namun, saat Amerika menarik kembali dolar-dolarnya yang membuat nilai tukar mereka menguat termasuk terhadap rupiah, perekonomian Indonesia terasa berat karena harga barang impor ikut naik.

Inilah, yang menurut Yanuar, membuat Indonesia mengalami krisis ekonomi saat ini. Sebab Indonesia tidak menimbun persediaan logistiknya ketika harga impor barang sedang murah-murahnya.

Pun demikian situasinya jika Indonesia mengikuti mata uang yuan (Tiongkok) menggantikan kerergantungan terhadap dolar AS. Devaluasi mata uang yuan yang dilakukan Tiongkok sama persis seperti yang dikakukan AS beberapa tahun silam.

“Keduanya adalah sama-sama penghisap darah. Posisi Indonesia juga terjepit Jepang sebagai pemegang surat utang terbesar dunia. Indonesia akan terlibat dalam pusaran geopolitik yang tidak gampang,” kata Yanuar.

Yanuar mengatakan, kondisi melemahnya rupiah terhadap dolar ataupun terhadap yuan jika nanti Indonesia berkiblat kepada Tiongkok, akan kembali normal. Sebab yang terjadi saat ini adalah perang mata uang yang dilakukan dua negara besar tersebut.

Indonesia akan terus berada di pusaran pertarungan antara kedua negara tersebut jika tidak segera membenahi strateginya dan menyelesaikan hulu permasalahannya.

Dia melanjutkan, perang mata uang antara Tiongkok dan AS akan berakhir bagaimanapun juga. Kondisinya saat ini, Tiongkok sedang mengajak AS untuk menyelesaikan peperangan secepat mungkin. Namun, masalahnya tidak ada sinyal dari AS untuk melakukannya.

“Dampak terbesar bagi Indonesia adalah pangan. Perang panjang tanpa disertai dengan persediaan logistik akan membuat angka kemiskinan bertambah, meskipun kita hanya bertindak sebagai penonton,” ujarnya.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here