JAKARTA – Insomnia adalah gangguan tidur yang ditandai dengan kesulitan atau ketidakmampuan untuk tidur. Penyebab insomnia beragam, termasuk masalah fisik dan mental.
Kondisi ini menyebabkan kurangnya waktu tidur yang dibutuhkan oleh tubuh, sehingga pengidapnya tidak cukup fit untuk beraktivitas keesokan harinya.
Indira Gurubhagavatula, MD, MP dari American Academy of Sleep Medicine (AASM), menjelaskan bahwa secara umum, insomnia adalah kondisi ketika seseorang kesulitan tidur, tetap tertidur, atau bangun lebih awal dari yang diinginkan meski memiliki cukup waktu untuk tidur.
“Banyak orang mengalami insomnia akut atau insomnia penyesuaian, biasanya sebagai respons terhadap situasi stres,” kata profesor kesehatan tidur dari University of Pennsylvania Perelman School of Medicine itu, seperti dikutip oleh Health.
Insomnia akut dapat berlangsung beberapa hari atau minggu dan biasanya mereda setelah stres atau penyebab stres hilang.
Psikolog klinis dan ahli gangguan tidur di South Psychology, Colorado, Nathan Baumann, PhD, menjelaskan kepada Health bahwa stres, kecemasan, dan kekhawatiran dapat mengganggu ritme sirkadian seseorang, yang berkaitan dengan insomnia.
“Ritme sirkadian adalah siklus energi dan istirahat yang dialami tubuh kita setiap hari,” jelas Baumann, menambahkan bahwa gangguan ritme sirkadian dapat menyebabkan disrupsi jangka panjang.
Gurubhagavatula menjelaskan bahwa insomnia dapat menjadi kronis jika berlangsung selama tiga bulan atau lebih dan terjadi setidaknya tiga kali seminggu.
Insomnia kronis juga terjadi jika serangan insomnia berlangsung kurang dari tiga bulan tetapi sering kambuh selama beberapa bulan atau tahun.
Seseorang dianggap mengalami insomnia kronis jika terus menerus mengonsumsi obat tidur dan merasa tidak bisa tidur tanpa bantuan pil. Selain kesulitan tidur, mereka yang mengalami insomnia kronis mungkin merasa tidak puas dengan tidurnya, mengalami kelelahan, kecemasan tentang tidur, lesu, mudah tersinggung, sakit kepala, dan mengalami kantuk saat mengemudi.
Gangguan tidur dapat didiagnosis sebagai insomnia kronis jika menimbulkan tekanan atau gangguan signifikan dalam hubungan sosial, pekerjaan, pendidikan, atau area penting lain dalam kehidupan sehari-hari, menurut Baumann.
Psikolog berlisensi dan pendiri Anxiety and Behavioral Health Psychotherapy di New York, Shmaya Krinsky, PsyD, menyarankan pemantauan masalah tidur untuk menentukan apakah seseorang mengalami insomnia kronis.
Gejala yang harus diperhatikan antara lain butuh waktu lebih dari 30 menit untuk tertidur setidaknya tiga malam dalam seminggu, sering terbangun pada malam hari, serta mengalami stres, gangguan suasana hati, kesulitan berkonsentrasi, atau kesulitan mengingat sesuatu.
Jika gejala-gejala ini berlangsung terus menerus, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan profesional seperti dokter di fasilitas kesehatan primer atau spesialis tidur.
“Mereka dapat menyingkirkan kemungkinan kondisi medis atau psikologis lain yang dapat menyebabkan gejala tersebut,” katanya.
Menurut AASM, pengobatan paling efektif untuk insomnia kronis adalah terapi perilaku kognitif untuk insomnia (CBT-I). Gurubhagavatula mengungkapkan bahwa banyak orang yang datang ke dokter dengan harapan mendapatkan pil untuk segera mengatasi insomnia, padahal terapi lini pertama untuk insomnia adalah CBT-I.
Terapi ini biasanya berlangsung selama enam hingga delapan sesi dan mencakup perubahan perilaku serta strategi kognitif. Terapi dapat meliputi upaya tidur pada waktu yang sama setiap malam, bangun dari tempat tidur saat tidak bisa tidur, dan mengelola rasa takut tidak bisa tidur.
Orang dengan insomnia dapat melengkapi terapi dengan praktik higiene tidur yang lebih baik, seperti mengurangi konsumsi kafein, mendapatkan paparan cahaya matahari pada pagi dan sore hari, berolahraga teratur, menghindari rokok dan minuman beralkohol, serta menetapkan waktu tidur dan bangun yang reguler.
Menurut Gurubhagavatula, penting juga untuk menjaga lingkungan kamar tidur tetap sejuk, gelap, tenang, dan nyaman.
“Usahakan untuk menghindari cahaya terang selama satu jam sebelum tidur. Jika Anda memiliki nyeri kronis, refluks asam lambung, atau kondisi kesehatan lain yang mengganggu tidur, konsultasikan masalah ini dengan dokter,” katanya.