Tradisi Ruwat Bumi ala Cartoon Village Sidareja Purbalingga

0
185
Gunungan hasil panen padi diarak dalam acara Ruwat Bumi Desa Sidareja yang diselenggarakan Kie Art bersama Pemerintah Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga. (Foto: ANTARA/HO-Kie Art)

PURBALINGGA – Bagi masyarakat Jawa, bulan Sura yang bertepatan dengan Muharam dalam penanggalan Hijriah dianggap sebagai bulan yang sangat agung dan dihormati.

Oleh karena itu, banyak masyarakat Jawa yang merayakan bulan Sura dengan melaksanakan serangkaian ritual khusus, seperti selamatan dan ruwatan, sebagai usaha untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Mahakuasa.

Hal ini juga berlaku untuk penduduk Desa Sidareja, Kecamatan Kaligondang, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, yang berusaha untuk mempertahankan warisan tradisi nenek moyang dalam ungkapan rasa syukur atas hasil bumi dan sumber daya alam yang diberikan oleh Sang Pencipta.

Walaupun dunia telah beralih ke era digital, tradisi ruwat bumi yang merupakan bagian dari warisan leluhur tetap dijaga di Desa Sidareja, yang saat ini sedang mengalami transformasi menjadi “Cartoon Village Sidareja”.

Slamet Santosa, Ketua Panitia Ruwat Bumi Desa Sidareja, menjelaskan bahwa tradisi ini adalah bentuk ungkapan syukur masyarakat kepada Tuhan atas hasil panen yang melimpah serta sebagai doa untuk keselamatan dalam menjalani kehidupan.

Ritual ruwat bumi ditandai dengan perarakan di sepanjang jalan desa, di mana penduduk membawa gunungan yang berisi hasil panen padi dan berbagai hasil pertanian lainnya, seperti jagung, kacang panjang, cabai, terong, petai, rambutan, dan nanas. Tumpeng juga diarak sebagai simbol penghargaan dan syukur kepada Sang Pencipta.

Gunungan dan tumpeng ini diarak keliling desa oleh para pemuda Sidareja yang mengenakan pakaian adat, sementara musik kentongan yang dimainkan oleh kelompok Gianta Arum menyertai perarakan tersebut.

Tinggi dari perayaan ruwat bumi mencapai puncaknya ketika pertunjukan wayang kulit digelar, dipentaskan oleh dalang Ki Kukuh Bayu Aji dari Banyumas, dengan cerita “Semar Mbangun Pasar Sore”.

“Semua ini sejalan dengan upaya Desa Sidareja untuk menjadi desa seni, yang diharapkan akan berdampak positif pada perekonomian warga,” ujar Slamet Santosa, yang juga terlibat dalam Kie Art Purbalingga, dilansir dari Antara, Senin (7/8/2023).

Ruwat bumi merupakan upacara yang diselenggarakan oleh dan untuk masyarakat, sehingga bisa disebut sebagai perayaan rakyat. Dalam konteks ini, masyarakat merasa bahagia atas kebaikan yang diberikan oleh Tuhan berupa hasil panen yang melimpah kepada warga desa.

Pementasan pertunjukan wayang kulit dalam acara ruwat bumi diyakini sebagai salah satu cara untuk mengusir energi negatif yang mungkin mengancam desa, sehingga membantu menjaga kelancaran masa depan serta rezeki yang berlimpah.

Sehingga, Ruwat Bumi di Desa Sidareja memiliki makna lebih dari sekadar merayakan kebersamaan dan kemakmuran di masa mendatang, tetapi juga sebagai bentuk ungkapan syukur dari masyarakat lokal yang semakin termotivasi untuk melestarikan warisan budaya tradisional, terutama seni karawitan yang semakin berkembang di daerah tersebut.

Bahkan, beberapa kelompok seni karawitan yang tergabung dalam Kie Karawitan hadir secara bergantian untuk menyertai perarakan gunungan dan tumpeng di pusat pemerintahan desa hingga petang hari atau menjelang pertunjukan wayang kulit.

Slamet mengakui bahwa pelaksanaan Ruwat Bumi di Desa Sidareja kali ini memiliki dimensi istimewa karena dikaitkan dengan pertumbuhan jumlah kelompok seni karawitan yang tergabung dalam Kie Karawitan, yang dibawah naungan Kelompok Pemuda Kie Seni.

Sebelumnya, hanya ada dua kelompok seni karawitan, namun sejak Juni 2023, ada penambahan tiga kelompok seni karawitan baru, sehingga total menjadi delapan kelompok seni karawitan yang dibagi menjadi berbagai kelompok usia, mulai dari anak-anak, remaja, hingga kelompok usia lanjut, termasuk dua kelompok karawitan yang diperuntukkan bagi ibu-ibu rumah tangga.

Wasis Andri Wibowo, Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan Ruwat Bumi Desa Sidareja yang disertai dengan pertunjukan wayang kulit.

Bagi pemerintah daerah, acara ini merupakan bagian dari usaha untuk melestarikan seni dan budaya di Kabupaten Purbalingga.

Khusus untuk pertunjukan wayang kulit, diharapkan selain sebagai hiburan, juga dapat memberikan pelajaran dan nilai-nilai moral yang bermanfaat bagi masyarakat.

Cartoon Village

Kegiatan Ruwat Bumi di Desa Sidareja merupakan bagian dari konsep “Cartoon Village Sidareja” yang dicanangkan oleh dua aktivis Kie Art Purbalingga, yaitu Slamet Santosa dan Gita Yohanna Thomdean pada tahun 2020.

Proyek “Cartoon Village Sidareja” dimulai dengan pembukaan Sekolah Kartun Kie Art di Desa Sidareja pada 9 September 2020. Pada saat itu, para peserta Sekolah Kartun Kie Art menciptakan mural kartun di dinding-dinding rumah warga Desa Sidareja untuk menggambarkan berbagai nilai kearifan lokal yang ada di Pulau Jawa.

“Cartoon Village Sidareja” ini diinisiasi dengan tujuan mengubah Desa Sidareja menjadi destinasi wisata edukatif seni budaya dengan menyajikan pertunjukan seni mini di berbagai sudut desa, salah satunya melalui mural kartun dan pentas seni karawitan.

Pada akhirnya, harapannya adalah Desa Sidareja akan menjadi tujuan wisata yang unik dengan menampilkan kehidupan desa dan sederhananya, termasuk pertunjukan seni Jawa serta tradisi tahunan seperti Kesenian Jawa Purba.

Langkah yang diambil oleh Slamet Santosa dan Gita Yohanna Thomdean bersama kelompok pemuda Kie Art di Desa Sidareja mulai memberikan dampak positif. Pada tahun 2022, “Cartoon Village Sidareja” yang masih dalam tahap pengembangan menjadi salah satu destinasi wisata dalam Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM).

Bahkan, mahasiswa dari berbagai wilayah di Indonesia yang mengikuti Program PMM Tahun 2023 dijadwalkan akan mengunjungi “Cartoon Village Sidareja” pada bulan November.

Dengan demikian, semangat dan usaha yang dilakukan oleh kelompok pemuda Kie Art untuk melestarikan seni budaya tradisional dapat menginspirasi mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang mengikuti Program PMM.

Advertisement div class="td-visible-desktop">