MEXICO CITY (KBK) – Setelah flu burung, flu babi, demam berdarah, chikungunya, dan Ebola, dunia kini bertekad untuk tidak kecolongan oleh virus Zika.
Karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan keadaan darurat kesehatan internasional karena Zika. Sebelumnya WHO pernah mengeluarkan peringatan Darurat Wabah Ebola. Ketika diumumkan Darurat Ebola, pada bulan Agustus 2014, virus itu telah merenggut lebih dari 1.000 jiwa.
Tidak mau kecolongan untuk Zika, WHO menyatakan statusnya darurat yang sama pada 1 Februari 2016. Hal ini dilakukan agar dunia internasional fokus pada respon cepat terhadap virus. Pada 17 Februari, WHO menyatakan dibutuhkan segera sebanyak 56 juta dolar AS untuk menangani kebutuhan kesehatan masyarakat terkait dengan Zika.
Hari berikutnya, Bank Dunia mengumumkan akan mengucurkan 150 juta dolar AS untuk tujuan itu, termasuk pemberantasan nyamuk, membantu wanita hamil agar tidak terkontaminasi, meningkatkan akses ke keluarga berencana dan merawat bayi yang sakit.
Namun, semua itu hanya solusi jangka pendek. WHO dan pemerintah sangat menyadari bahwa satu-satunya cara untuk menghapus ancaman Zika dalam jangka panjang adalah membuat vaksinnya.
Sekitar 15 perusahaan mulai melakukan penelitian untuk membuat vaksin Zika. Perusahaan swasta telah bergegas lebih awal, diikuti pemain dari AS, India dan Perancis dengan biaya mandiri.
Produsen obat dari Perancis, Sanofi, mungkin berpeluang untuk mengamankan vaksin pertama. Hal ini berkaitan dengan keberhasilan perusahaan itu mencetak vaksin dengue pertama kali yang disetujui di dunia, Dengvaxia.
Seperti disitat dari Xinhua, Senin (22/2/2016), Brasil, Meksiko, El Salvador dan Filipina juga telah setuju menggunakan Dengvaxia, 16 negara lain sedang dalam proses uji coba dan jutaan dosis telah disiapkan.