SRI LANKA – Kekerasan terhadap minoritas Muslim Sri Lanka terus berlanjut meski pemerintah telah menetapkan status keadaan darurat.
Bom bensin dilemparkan ke sebuah masjid pada Kamis malam di kota Kuruwita bahkan saat ratusan polisi, tentara dan pasukan komando telah bertugas untuk memadamkan kekerasan di Distrik Kandy, Sri Lanka.
Seorang petugas polisi yang tidak menyebut nama berbicara dengan media dan mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa insiden kekerasan yang tersebar tersebar di beberapa bagian negara tersebut, terutama serangan terhadap bisnis milik Muslim. Satu orang tewas dan tiga petugas polisi terluka saat sebuah granat meledak, kata juru bicara polisi Ruwan Gunasekera, menambahkan tujuh orang ditangkap sehubungan dengan insiden tersebut. “Sejauh ini, sudah ada 85 penangkapan sehubungan dengan serangkaian insiden kekerasan komunal,” katanya. Lebih dari 200 rumah, bisnis dan kendaraan telah dibakar dalam tiga hari kekerasan, menurut kantor berita Agence France Presse, meskipun laporan yang belum dikonfirmasi mengatakan jumlahnya bisa sedikit lebih tinggi, mengingat insiden kecil masih terjadi. Pemerintah pada hari Rabu memblokir media sosial termasuk Facebook, Viber dan WhatsApp yang memuat rumor yang luas dan pidato kebencian yang menargetkan komunitas Muslim. Menteri Perdagangan dan Perdagangan Rishad Bathiudeen mengatakan, “Kekerasan berulang semacam ini hanya bisa menghasilkan hasil yang sangat negatif,” katanya. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah keadaan darurat diumumkan, mantan presiden Mahinda Rajapaksa mengatakan sudah saatnya Sri Lanka bergerak melampaui partai politik komunal dan kembali ke tradisi partai nasional multietnis. “Ada saat ketika semua pemimpin masyarakat bekerja dalam satu kesatuan politik tanpa dibagi dalam garis etnis,” katanya, menyimpulkan bahwa berkembangnya partai politik etnik memicu ketegangan komunal.
Seorang petugas polisi yang tidak menyebut nama berbicara dengan media dan mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa insiden kekerasan yang tersebar tersebar di beberapa bagian negara tersebut, terutama serangan terhadap bisnis milik Muslim. Satu orang tewas dan tiga petugas polisi terluka saat sebuah granat meledak, kata juru bicara polisi Ruwan Gunasekera, menambahkan tujuh orang ditangkap sehubungan dengan insiden tersebut. “Sejauh ini, sudah ada 85 penangkapan sehubungan dengan serangkaian insiden kekerasan komunal,” katanya. Lebih dari 200 rumah, bisnis dan kendaraan telah dibakar dalam tiga hari kekerasan, menurut kantor berita Agence France Presse, meskipun laporan yang belum dikonfirmasi mengatakan jumlahnya bisa sedikit lebih tinggi, mengingat insiden kecil masih terjadi. Pemerintah pada hari Rabu memblokir media sosial termasuk Facebook, Viber dan WhatsApp yang memuat rumor yang luas dan pidato kebencian yang menargetkan komunitas Muslim. Menteri Perdagangan dan Perdagangan Rishad Bathiudeen mengatakan, “Kekerasan berulang semacam ini hanya bisa menghasilkan hasil yang sangat negatif,” katanya. Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah keadaan darurat diumumkan, mantan presiden Mahinda Rajapaksa mengatakan sudah saatnya Sri Lanka bergerak melampaui partai politik komunal dan kembali ke tradisi partai nasional multietnis. “Ada saat ketika semua pemimpin masyarakat bekerja dalam satu kesatuan politik tanpa dibagi dalam garis etnis,” katanya, menyimpulkan bahwa berkembangnya partai politik etnik memicu ketegangan komunal.
Advertisement div class="td-visible-desktop">
