spot_img

Kemarau Panjang

MEMBACA berita bagaimana ratusan warga NTT mencari air untuk menyambung hidup, sungguh bikin terenyuh. Karena kemarau panjang, penduduk Desa Bura Bekor Kabupaten Sikka terpaksa mengkonsumsi air dari batang pisang. Padahal ramalan BMKG menyebutkan, musim hujan baru akan tiba di awal Nopember mendatang, itu artinya makin banyak batang pisang ditebang untuk diekspoitir airnya.

Biasanya pohon pisang ditebang untuk diambil buahnya yang sudah tua, bahkan sudah mateng pohon. Di luar itu masyarakat Jateng, Jatim dan DIY menebang pohon pisang ketika sebuah keluarga nanggap wayang. Itu pun paling-paling 4-5 batang pisang, dan belum tentu setahun sekali. Sepanjang-panjangnya musim kemarau, penduduk belum sampai mencari air dari batang pisang.

Kata warga desa Bura Bekor NTT, 4-5 batang pohon pisang bisa menghasilkan air sekitar 2,5 liter. Air tersebut kemudian dibuat masak dan minum. Bagaimana dengan untuk keperluan mandi dan cuci, apakah hal itu dikesampingka? Mereka memang tak mampu beli air mineral galonan. Karenanya hanya artis Nikita Mirzani yang mandi dengan air Aqua ketika menjadi tahanan polisi. Dalam kepasrahan akibat kemiskinan, mungkin penduduk Bura Bekor itu berdalih, “Itu kecoa tak pernah mandi tubuhnya juga mengkilap.”

Menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, kemarau panjang ini dipicu fenomena El Nino dan IOD Positif, yang menyebabkan anomali kenaikan suhu dan berkurangnya curah hujan dari kondisi normal. El Nino moderat akan terus bertahan dan berakhir pada bulan Februari-Maret 2024. Sesuai prediksi BMKG, puncak dampak El Nino terjadi pada bulan September. Barulah kemudian musim hujan tiba awal Nopember 2023. “Itupun, musim penghujan tak akan tiba serentak di wilayah Indonesia.” Kata Kepala BMKG lagi.

Jika ramalan BMKG benar, berarti masih  20 hari lagi musim penghujan itu tiba. Itu pun jangan GR dulu, belum tentu Jakarta 1 Nopember tit …….langsung dapat hujan. Andaikan ummat boleh memilih, air hujan mestinya diprioritaskan untuk daerah pertanian. Kasihan mereka, gara-gara kemarau panjang produk pertanian mereka jadi terganggu. Penyanyi Ebiet G.Ade saja sangat terharu dan bergetar menyaksikan: tanah kering bebatuan, menampak kering rerumputan.

Sejumlah daerah terlihat mulai menggelar salat Istisqok untuk minta hujan. Misalnya Gubernur Kalsel Paman Birin menggelar salat Istisqa di Mesjid Agung Al Karomah Martapura pada Kamis (7/9) pagi. Bersama ribuan jamaah, yang terdiri dari ASN Lingkup Pemerintah Provinsi Kalsel, anggota TNI, Polri, masyarakat, serta alim ulama, bermunajat secara khusyu meminta hujan kepada Allah SWT.

Partai pun menginisiasi digelarnya salat Istisqok di berbagai daerah. PPP misalnya, meski sibuk mempromosikan Sandiaga Uno agar jadi bakal Cawapres PDIP mendampingi Ganjar, masih juga sempat menyerukan digelarnya salat Istikok di berbagai daerah, yakni: di Kabupaten Subang dan beberapa daerah lainnya. Kemudian di Jatim dilaksanakan di Kepulauan Sapudi, Madura. Sementara di Sulawesi dilaksanakan di Kabupaten Wajo, di Sumatera dilaksanakan di Jambi, di Jawa Tengah dilaksanakan di Tegal dan masih ada lagu di beberapa daerah lainnya.

Beda lagi dengan sebuah desa di Kecamatan Cluring Kabupaten Banyuwangi (Jatim). Setiap kemarau panjang tiba, masyarakat Desa Taman Agung menggelar tradisi tiban, yakni sejumlah warga perang cambuk dengan tetangga atau teman sendiri. Meski tubuh bilur-bilur dan luka kena cambuk tetap happy saja. Maksudnya, mereka tidak marah atau dendam atas luka-luka tersebut. Sebab mereka sangat meyakini, prosesi itu mujarab mendatangkan hujan mak bresssss…….

Kalangan petani memang paling menderita di musim kemarau panjang. Untuk menjaga jangan sampai tanaman ketimun dan tembakaunya mati, mereka rela membuat sumur dalam di aral persawahan, kemudian dialiarkan pakai Sanyo untuk menyirami tanamannya. Padahal siraman dari air tanah itu hanya sekedar menjaga tanaman tidak mati, bukan untuk membuat tanaman tumbuh cepat dan berbuah.

Ketika musim hujan tiba, hari pertama hujan turun biasanya lebat sekali sehingga sawah-sawah di pedesaan kebanjiran. Itu hari-hari bahagia bagi anak-anak di tahun 1970-an. Mereka akan ramai-ramai ke sawah mencari jangkrik yang menjadi mudah ditangkap. Karena mereka menyelamatkan diri dengan bersembunyi di pematang.  Burung-burung semadam berkuwok, buteng dan biron juga gampang ditangkap karena kedinginan dan basah kena hujan.

Seminggu setelah musim penghujan tiba, suasana pedesaan mulai menghijau. Pepohonan yang nyaris mati mulai bertumbuhan dedauannya. Bagi penulis yang kecilnya di kampung, itulah suasana yang sangat indah dan mengesankan. Maklumlah, penulis memang anak desa seperti Pak Harto. Cuma pak Harto anak desa yang kemudian jadi presiden, sedangkan penulis anak desa yang paling-paling pernah naik Presiden Taksi atau bawa-bawa tas merk President. (Cantrik Metaram)

 

 

 

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles