spot_img

Napak Tilas Rumah Kelahiran Nabi

Dalam suasana Maulid Nabi Muhammad SAW, KBK berkesempatan mengunjungi rumah yang diduga kuat tempat kelahiran rasul terakhir ummat Islam  di Kota Mekkah. Lokasinya berada di  sisi timur laut Masjidil Haram. Bangunan terdiri dari 2 lantai itu berwarna coklat kekuningan.

Bangunan ini terlihat seperti rumah kediaman warga Arab abad ke-19.  Berbeda dengan gedung di sebelah kirinya yang tinggi menjulang, bangunan ini sangat mungil dan sederhana. Berukuran 10 x 8 meter persegi, bangunan ini dilengkapi 4 jendela besar di bagian depan plus 2 jendela kecil. Demikian halnya di sisi sebelah kiri, 4 jendela kayu dengan bentuk serupa, semakin menambah kesan kuno.

Bangunan yang tak jauh dari toilet Masjidil Haram itu, di atas pintu masuknya terdapat neon box bertuliskan “Maktabah Makkah Al Mukarromah” (Perpustakaan Mekkah Al Mukarromah). Di sisi kanan pintu masuk, terdapat banner yang menjelaskan tata letak ruangan dalam bangunan tersebut. Sementara di sisi kiri terdapat imbauan “larangan beribadah” dalam 8 bahasa seperti Arab, Inggris, Urdu, Indonesia, Tamil, dan Turki.

Ada banyak rumor mengapa rumah itu tetap berdiri dengan bentuk ala kadarnya. Pertama, pemerintah Saudi sengaja ingin menyamarkan rumah nabi tempat ini supaya tidak dianggap “keramat” oleh banyak orang. Dahulunya banyak jamaah umroh atau haji yang sholat dan memanjatkan doa di sekitar bangunan ini. Bahkan, dinding rumah yang kini ditutup banner itu, dulunya penuh dengan coretan berisi doa seperti di Jabal Rahmah. Selama ini, Kerajaan Saudi dengan paham Salafinya memang gencar melakukan gerakan “pemurnia tauhid”. Mereka menutup sejumlah situs yang dianggap berpotensi menjadi sumber kesyirikan.

Dibanding tempat bersejarah lainnya, baik Mekkah maupun Madinah, jumlah pengunjung tempat ini tidak terlalu banyak. Pada saat kami mengunjunginya awal Desember lalu, tak lebih dari 20 orang yang “berziarah” di sekitar bangunan ini. Saat ada beberapa wanita dengan kalung identitas Turki komat-kamit di depan gedung ini, seketika penjaga mengusir mereka. “Haram….. haram…. Jangan doa di sini,” ujarnya.

Seorang penjaga perpustakaan ini saat dikonfirmasi menjelaskan, meski dibuka sejak pagi hingga Dzuhur, tidak sembarang orang bisa masuk ke perpustakaan ini. “Hanya mukimin (penduduk Mekkah) dan pegawai pemerintahan yang boleh (masuk),” ujar pria yang tidak mau menyebutkan namanya ini.

Selain itu, pengunjung yang diperbolehkan masuk perpustakaan ini pun tidak diperkenankan meminjam buku, hanya diperbolehkan membaca di tempat. Di pintu masuk yang terbuat dari kaca terdapat pengumuman: “Perpustakaan ini tidak meminjamkan dan menjual buku.”

Alasan kedua mengapa rumah itu tidak dihancurkan, karena memang tidak bisa menghancurkan bangunan ini karena penolakan banyak ulama dunia. Para pemimpin dunia Islam juga mengajukan keberatan. Bahkan sempat muncul rumor “mistis”, yaitu bulldozer yang dikerahkan untuk merobohkan, tidak mampu menghancurkan rumah tersebut. Pendapat ini diamini sebagian orang. Pasalnya, di bagian belakang rumah ini terdapat bukit yang tadinya dipenuhi bangunan rumah. Kini rumah-rumah itu tinggal puing karena dihancurkan untuk proyek pemerintah. Tak jauh dari bukit pun terdapat banyak alat berat. Hanya bangunan perpustakaan itu yang tersisa.

Apakah benar rumah tersebut tempat kelahiran Nabi? Melalui maklumat yang dipasang di sisi kiri perpustakaan, Kantor Umum untuk Promosi Amar Makruf Nahi Munkar Kerajaan Arab Saudi menegaskan, tidak ada dalil sohih yang menentukan rumah tersebut sebagai tempat kelahiran Nabi Muhammad SAW. “Maka mengambil barokah di tempat ini atau mengkhususkannya dengan shalat  ataupun doa adalah perbuatan yang dilarang menurut syariat.”

Jika ditinjau dari sejarah, tempat kelahiran Nabi berada di lembah Abu Thalib. Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah, rumah ini ditinggali oleh Aqil bin Abi Thalib yang kemudian dilanjutkan didiami oleh anak keturunan Aqil. Selanjutnya rumah itu dibeli oleh Khizran, istri Raja Bani Abbasiyah yang terkenal sukses dan ahli ibadah Harun Alrasyid. Setelah dibeli, tempat itu lalu dibangun sebuah masjid Al-Khaizuran. Namun kerena berdekatan dengan Masjidil Haram, masjid itu dihancurkan dan akhirnya dijadikan perpustakaan umum oleh Syaikh Abbas Qatthan, wali kota Makkah pada tahun 1370 H/1950 M.

Jika dibanding tahun-tahun sebelumnya yang nampak kumuh dan tidak terawat, “Rumah Nabi” kini lebih rapi. Sudah tidak ada lagi coretan di dinding karena pengunjung dilarang mendekat. Ada separator setinggi lutut yang menghalangi pengunjung menyentuh dinding bangunan. Pintu masuk pun diganti dengan pintu kaca, sehingga pengunjung bisa melihat sekilas bagian dalam bangunan. Pengelola juga menyajikan gambar tata ruang melalui banner yang dipasang di bagian depan sehingga kita tidak penasaran bagaimana isi di dalamnya. Menurut penuturan petugas, ada 1000 lebih koleksi buku yang disimpan dalam perpustakaan ini.

 

 

 

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles