NEW YORK – Resolusi perlindungan bagi rumah sakit, petugas layanan kesehatan dan fasilitas medis di zona-zona perang telah disetujui Dewan Keamanan PBB, Selasa (3/5/2016).
Dilaporkan VOAIndonesia.com, Sekjen PBB Ban Ki-moon mengatakan setiap negara mestinya tidak sekedar mengecam serangan itu, namun harus bertindak melindungi rumah sakit dan stafnya, serta menghukum pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kekerasan tersebut.
Resolusi yang disusun oleh anggota-anggota dewan dari Selandia Baru, Spanyol, Mesir, Jepang, dan Uruguay ini mendapat persetujuan PBB karena banyaknya serangan mematikan di zona-zona perang di seluruh dunia.
Misalnya saja ada 30 serangan udara oleh pesawat-pesawat tempur dan helikopter pemerintah Suriah menghantam wilayah yang dikuasai pemberontak di kota Aleppo hari Sabtu (30/4/16), yang menewaskan sedikitnya lima orang.
Menurut organisasi Syrian Observatory for Human Rights yang bermarkas di Inggris, hampir 250 warga sipil tewas akibat penembakan, serangan roket dan serangan udara di kota itu sejak 22 April, termasuk yang tewas sedikitnya 50 orang di sebuah rumah sakit yang terkena serangan udara.
“Saat ini, hampir separuh dari semua fasilitas kesehatan di Suriah ditutup atau hanya sebagian yang berfungsi. Jutaan rakyat Suriah tidak mendapat layanan kesehatan untuk menyelamatkan nyawa mereka,” kata Ban Ki-moon dalam pertemuan di New York tentang layanan kesehatan dalam konflik bersenjata, Selasa kemarin.
Tahun lalu, PBB membuktikan terjadi 59 serangan terhadap 34 rumah sakit, kata Ban Ki-moon. Pada bulan Januari tahun ini, serangan udara koalisi menghantam Rumah Sakit Shiara, yang melayani kira-kira 120 ribu orang di propinsi Sa’ada.
Ia menambahkan bahwa pola sama dari penghancuran sistematis fasilitas kesehatan jelas-jelas terjadi di Yaman. Lebih dari 600 fasilitas medis ditutup akibat rusak berat dalam konflik dan kekurangan pasokan serta tenaga medis.
Menurut Ban Ki-moon serangan-serangan tersebut “memalukan dan tidak dapat dimaafkan.
