Perseteruan UE dan China soal Mobil Listrik

UNI Eropa yang terseret dampak Perang Rusia vs Ukraina yang masih berlangsung hingga kini terlibat perseteruan sengit dengan China soal persaingan industri mobil listrik yang merupakan moda kendaraan masa depan.

Beijing bereaksi keras atas rencana UE untuk menginvestigasi adanya subsidi terhadap produk mobil listrik yang diekpor ke UE sehingga harganya lebih rendah dan membuat  produk mobil listrik UE kalah bersaing.

Yang dicemaskan China, jika investigasi UE yang disebut sebagai upaya untuk menciptakan persaingan bisnis yang sehat, nantinya malah berujung  kenaikan bea masuk mobil listrik buatan China.

UE menduga, industri mobil listriknya kalah bersaing dengan produksi China yang disubsidi oleh pemerintah sehingga pola bisnis tersebut selain tidak fair juga mengancam industri otomotif di Eropa.

Masalahnya, dari segi kualitas, mobil listrik produksi China, juga Korea Selatan yang cukup laris termasuk di kawasan Asia seperti Indonesia dianggap setara dengan produk Amerika Serikat dan UE.

Pasar mobil listrik global terbuka lebar, terutama setelah muncul kesadaran terhadap ancaman polusi udara akibat penggunaan bahan bakar berbahan fosil. Nilai pasar mobil listrik di Eropa diproyeksikan mencapai 500 miliar dollar AS pada 20223 dan bakal melonjak terus sampai 1,6 trliun dollar AS pada 2030.

Pihak Beijing sendiri meminta agar UE membuka dialog atau melakukan konsultasi sebelum melangkah ke penyelidikan ada tidaknya subsidi bagi industri mobil listrik China demi terciptanya pasar yang fair, non-diskriminasi sehingga kedua belah pihak bermitra mengembangkan industri tersebut ke depannya.

UE sendiri meyakini, harga mobil listrik buatan China untuk pasar Eropa diturunkan sekitar 20 persen sehingga industri mobil listrik di Eropa kalah bersaing dengan buatan China yang lebih murah.

Menurut catatan konsultan otomotif Perancis, Inovev, ekspor mobil listrik Cine ke Eropa pada 2022 sebanyak 636.000 unit atau naik 150 persen atau berkontribusi delapan persen dari seluruh penjualan mobil listrik baru di Eropa pada 2022.

Sedangkan berdasarkan hasil riset periset pasar otomotif global JATO Dynamics, harga rata-rata mobil listrik selama periode 2015 – 2022 di Eropa naik 7.000 Euro atau setara Rp115 juta per unit, dari   48.492 Euro menjadi 55.851 Euro, sedangkan di AS kenaikannya lebih tinggi, sampai 10.000 Euro (sekitar Rp164 juta), dari semula 53.038 Euro ke 63.864 Euro.

Sebaliknya di China, harga kendaraan listrik turun hingga lebih 40 persen dari semula 66.819 Euro per unit menjadi 31.829 Euro, diduga hasil subsidi baik dari pemerntah pusat mau pun pemerintah lokal antara 10.000 sampai 20.000 RMB (Rp 21 – 42 juta) per unit.

Perang dagang antara UE dan China terkait industri mobil listrik tidak lepas dari kepentingan nasional masing-masing, begitu pula dengan komoditas lainnya.

Yang penting, bagaimana para pihak menyadari untuk mencari win-win solusi  agar tercipta tata perdagangan global yang fair, adil dan saling menguntungkan bagi umat manusia. (Kompas/AP/AFP/Reuters/ns)