spot_img

Sampah Bukanlah Musibah

“Urusan kita dalam kehidupan ini bukanlah mendahului orang lain, melainkan untuk melampaui diri kita sendiri, untuk memecahkan rekor kita sendiri, dan untuk melampaui hari kemarin dengan hari ini.”Stuart B. Johnson

Ketika sebagian masyarakat mengutuk dan geram melihat sampah yang bertebaran di mana-mana, tapi tidak dengan seorang pemuda yang juga mahasiswa Agrobisnis, Universitas Islam Syarif Hidayatullah yang bernama Edy Fajar Prasetyo ini. Ia menganggap sampah adalah berkah.

Ia adalah pendiri dari Eco Business Indonesia (EBI), dan memiliki mantra sakti dalam menyelesaian masalah sampah yang selalu jadi momok di masyarakat; yaitu aksi.

Ia menganggap, jika sekedar mengutuk, menganggap musibah dan geram tidak akan pernah menyelesaikan masalah. Bahkan tidak akan pernah mengubah keadaan dan tidak pula akan menciptakan keseimbangan alam.

“Hanya satu kata saja; Action,” tuturnya kepada KBK, ketika berbincang-bincang menyangkut kegiatannya yang menggerakan masyarakat memanfaatkan sampah menjadi barang yang bernilai ekonomi.

Edy tergerak untuk memberdayakan masyarakat lewat pengolahan sampah itu, karena didorong semangat untuk menjadi sosok yang sebaik-baiknya manusia, menurut pandangan Islam, agama yang dianutnya.

“Nabi Muhammad SAW dalam sabdanya mengatakan; sebaik-baik manusia adalah orang yang paling banyak bermanfaat bagi orang lain,” tuturnya

Diakui Edy, pesan Rasulullah SAW tersebutlah yang menjadi landasan dan senantiasa mengiringi semangat serta idealismenya untuk menjadi seorang problem solver.

“Minimal dari hal yang terkecil lebih dahulu, karena tidak akan ada langkah ke-1.000 tanpa diawali dengan langkah pertama,” tambahnya.

Diceritakan Edy, tahun 2012 adalah awal di mana proses pertama kalinya EBI muncul ke permukaan. Berawal dari adanya momentum penciptaan wirausaha baru Bank Indonesia yang bertemakan “Green Entrepreneur”, dari sanalah bergulir kisah ini.

Eco Business Indonesia adalah konsep usaha yang mengolaborasikan unsur 3P (People, Planet, Profit) dalam implementasinya.

produkebibagDalam hal ini produk yang dihasilkan adalah aneka kerajinan hasil pemanfaatan waste material atau bahan yang sudah tidak terpakai dan saat ini fokus pada limbah kemasan sachet yang dikreasikan menjadi aneka kerajinan tangan bernilai jual tinggi, seperti produk tas, dompet, soft case, aksesoris, clutch, dan souvenir.

“Ke depan tak hanya limbah plastik sachet yang akan kami optimalkan, tetapi juga aneka limbah lainnya akan masuk dalam bahan baku potensial kami, untuk pengembangan produk,” tuturnya.

Kegiatan bernilai ekonomis ini dipadukan Edy dengan pemberdayaan masyarakat dalam setiap produk yang dihasilkan, sehingga tercipta kesinambungan antara konsep 3P tadi.

Konsep ini pun terus bergulir ketika produk yang dikeluarkan berhasil memberi dampak positif terhadap Planet bumi dan lingkungan, serta mengoptimalisasi People (masyarakat yang terberdayakan dalam setiap aktivitas usahanya) dan terkakhir bermuara pada Profit (Keuntungan materi) yang didapatkan melalui proses usaha yang dihasilkan.

“Alhasil, perputaran roda usaha pun berjalan lancar,” tambahnya.

Program Pioner yang dijalankan EBI adalah Program Ibu Mandiri di wilayah Kedaung Ciputat, Tangerang Selatan, Propinsi Banten. Di dalam program ini EBI berupaya membentuk kaderisasi Ibu-Ibu anggota ISIS (Istri Sukses Idaman Suami). Di Kedaung ini, EBI memberikan edukasi dan pelatihan prakarya limbah kepada para ibu sebagai kegiatan produktif yang menghasilkan.

“Yang semula ibu-ibu waktunya habis menonton televisi atau duduk bersama ibu-ibu lain bercerita hal yang sia-sia akhirnya menjadi ibu-ibu yang produktif yang dapat menunjang perekonomian keluarga, ISIS,” terang Edy.

Usaha EBI pun tidak sia-sia, mulai tahun 2012, EBI berhasil menjadi salah satu pemenang kompetisi yang diselenggarakan Bank Indonesia yaitu Green Entrepreneur Bank Indonesia (BI Preneur). Ajang ini menjadi momentum “naik kelas” bagi EBI karena semenjak itulah, EBI mulai mendapat perhatian dari publik dan memiliki akses kemudahan ke berbagai lini.

“Aktivitas pameran pun sering kami dapatkan sebagai ajang show case dari berbagai produk kami,” jelas Edy.

Di tahun yang sama, EBI menjadi salah satu perwakilan dalam grand opening Global Entrepreneurship Week di Indonesia yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Event inilah yang mempertemukan EBI secara langsung dengan Wakil Presiden Republik Indonesia masa itu dijabat Boediono, yang ikut hadir dalam perhelatan akbar tersebut. Event itu menghadirkan kontingen wirausaha muda se-Indonesia mewakili daerahnya masing masing.

Di tahun berikutnya, 2013, EBI pun berhasil terpilih menjadi salah satu delegasi wirausaha dalam perhelatan APEC Unthinkable Expo di Bali dengan misi mengenalkan produk kreatif Indonesia buah karya anak bangsa.

“Alhamdulillah, dari segi kreativitas dan inovasi kami cukup mendapat apresiasi dari para pengunjung, baik dari bangsa sendiri maupun dari mancanegara,” ungkap Edy.

Berkaca dari acara di Bali tersebut, EBI semakin percaya diri untuk mengenalkan produk mereka ke jangkauan yang lebih luas — tak hanya di Indonesia, namun juga ke luar negeri. Dengan memanfaatkan berbagai koneksi dan relasi yang sudah dimiliki.

Dilanjutkan Edy, kini produk EBI sudah dipasarkan ke beberapa negara, yaitu Selandia Baru, Pakistan, Prancis, dan terakhir di Asean Korea Frontier Forum (AKFF) Korea Selatan.

Luasnya sebaran produk EBI ke pasar internasional, di akhir tahun 2013, EBI mendapat kesempatan dari International Labour Organization (ILO) untuk mengikuti program “Start Your Green Business”.

“Setelah sebelumnya melalui proses penyeleksian peserta. Alhamdulillah, kami berhasil menjadi salah satu peserta yang terpilih dan berhak mengikuti serangkaian program tersebut, dan saya, Edy Fajar Prasetyo, sebagai wakil delegasinya,” kenang Edy bangga.

edyfajar3Berlanjut di tahun 2014, penghargaan bagi EBI belum berakhir. Untuk meningkatkan kapasitasnya sebagai Enterpreneur, Edy mendapat kesempatan untuk belajar menjadi Social Enterpreneur dari orang-orang yang sudah sukses di Sosial Enterpreneur Camp, melalui Social Enterpreneur Academy Camp II di Bogor, yang didukung Lembaga Kemanusiaan Dompet Dhuafa.

“Kami merasa beruntung dapat mengikuti program ini karena bukan hal yang mudah untuk dapat menimba ilmu di sini. Dengan melalui mekanisme ketat yaitu tahapan penyeleksian para peserta se-Indonesia mulai submit proposal hingga wawancara,” terang Edy.

Edy bersyukur dapat bersama pegiat Sosial Enterpreneur lainnya saling berbagai pengalaman di SEA Camp 2 tersebut. Selain EBI yang lolos untuk belajar di SEA ini adalah utusan Jambi, Yogyakarta, Kuningan (Jawa Barat), Sulawesi, Garut, Makassar, Lampung, dan Padang daerah lainnya.

Edy mengakui, bertemu dengan para orang orang hebat di SEA Camp yang mendermakan aktivitasnya demi kemaslahatan masyarakat banyak, menjadi inspirasi tersendiri baginya. ” Ini menjadi energi bagi kami untuk meningkatkan apa yang telah kami perbuat,” ujarnya.

Di tahun 2015, Edy Fajar sebagai founder EBI terpilih sebagai salah satu nominasi dalam kompetisi Hilo Green Leader 2015. Di tahun 2015 juga EBI mendapat juara 3 dalam Social Category, di  Asean Leaderpreneur Conference 2015  yang diadakan di Kuala Lumpur.

Dari mana jiwa enterpreneur itu muncul? Kata Edy sudah timbul sejak Ia di sekolah dasar, ia sering menjajakan beberapa dagangan kesukaan teman-teman di sekolah. Ia terus bertumbuh dan berkembang di lingkungan yang juga terus merangsang ia untuk terus berkompetisi. Ia sendiri dilahirkan dari keluarga yang sederhana, dari pasangan Tupon Amat Iksan dan Ratna Nirmala Ningsih. Ia anak ke-5 dari enam bersaudara.

Kini EBI yang dijalankan enam enterpreneur muda berbakat; Edy Fajar Prasetyo, Ibu Juni Martineli Naim (Oma Eli), Ida Ayu Calvandis, Alfiatus Syifa, Nadya Asanul Husna, dan Imas Nindy Agusthy terus berkarya dan tidak akan berhenti meningkatkan kreatifitasnya. Sehingga, menjadi orang yang banyak manfaatnya bagi orang lain, benar-benar tercapai.

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles