SURABAYA – Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada 2013 menyebutkan satu dari tiga anak Indonesia berfisik pendek karena kekurangan gizi sehingga berisiko mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
“Fakta anak di Indonesia memiliki masalah gizi yang cukup serius, sehingga satu dari tiga (31 persen) anak usia sekolah Indonesia berfisik pendek,” kata Divisi Kedokteran Keluarga, Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FK UI (IKK FKUI), dr Dian Kusumadewi M Gizi, di Surabaya, Ahad (29/5/2016)
Ia mengatakan 37 persen balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan dengan 6 persen diantaranya mengalami kekurangan gizi.
“Ada dua permasalahan gizi pada anak, yaitu kekurangan dan kelebihan gizi pada semua kelompok umur. Pada usia produktif antara 20-35 tahun, 45 persen wanita Indonesia mengalami Kurang Energi Kronis (KEK),” kata dia.
Menurut dia, jika permasalahan gizi tersebut dibiarkan saja, maka akan berdampak pada perkembangan otak yang tidak optimal, pertumbuhan fisik tidak optimal, serta perkembangan organ metabolik tidak optimal.
“Jangka panjang yang timbul akibat permasalahan gizi tersebut bisa mengalami obesitas, hipertensi, diabetes, kanker atau stroke yang meningkatkan risiko kematian,” terangnya.
Seperti dilansir Antara, Dian juga menyarankan untuk perbaikan gizi di Indonesia, membutuhkan peranan keluarga, sebagai unit terkecil dari masyarakat. Pola makan yang baik berpedoman pada gizi seimbang dengan mengonsumsi beraneka ragam kebutuhan tubuh.