Suasana Ramadhan di Mosul

Anak Mosul Timur/ Reuters

MOSUL-IRAK—Tradisi bersuka cita menyambut Ramadhan dengan berbelanja berbagai keperluan untuk berbuka puasa dan sahur memang masih menjadi barang mewah bagi warga Mosul, yang kotanya menjadi ajang pertempuran antara pasukan Irak dan kelompok ISIS.

Meski demikian warga yang tahun-tahun sebelumnya hidup di bawah kekuasaan ISIS merasa menikmati masa ketika kehidupan kembali normal awal Ramadhan ini.

“Ramadhan tahun ini tak bisa dibandingkan dengan Ramadhan sebelumnya. Dulu kami hidup di dalam penjara. Semuanya dilarang; saya tak bisa pergi ke pasar sendiri dan saya harus memakai hijab,” kata Um Karam, yang berusia 40-an tahun, berjalan tanpa hijab di satu pasar terkenal di salah satu permukiman yang baru saja dibebaskan dari petempur ISIS.

Dilansir Antara, Selasa (30/5/2017), bulan Suci Ramadhan tahun ini memiliki rasa dan aroma istimewa buat rakyat Irak, yang sebelumnya biasa melewati malam-malam panjangnya dengan kesenangan dan kegiatan tradisional.

“Saya mencintai Ramadhan, sebab itu membuat saya merasa terhubung dengan diri saya, dengan keluarga saya dan dengan bangsa saya. Saya gembira kehidupan saya kembali seperti sebelum Daesh (ISIS), dan saya akan lebih gembira lagi jika pasukan keamanan membebaskan semua daerah yang tersisa di Mosul serta seluruh Irak dari kekuasaan kelompok teroris,” kata Um Karam kepada Xinhua sambil belanja makanan dan jus untuk Iftar keluarganya.

Secara tradisional, kehidupan selama Ramadhan dulu seperti perayaan, ketika semua anggota keluarga dan kadangkala teman berkumpul untuk berbuka puasa, yang biasanya menjadi malam penuh makanan untuk mengakhiri puasa, dengan bermacam makanan.

Dalam tradisi Ramadhan, anggota keluarga kadangkala juga pergi ke tempat ramai di permukiman mereka, dan sebagian pemuda berkumpul di kedai es krim atau di kedai kopi untuk memainkan permainan yang hanya dilakukan selama Ramadhan.

Di Mosul, tradisi dan ketenangan Ramadhan dilucuti dari warga dan mereka dipaksa mengikuti peraturan keras ISIS ketika kelompok itu mengambil kendali daerah mereka.

Sekarang di daerah-daerah yang sudah dibebaskan, warga telah mulai menikmati kembali malam-malam lama mereka saat Ramadhan, yang berisi kegembiran. Meski tidak sepenuhnya seperti yang mereka inginkan, namun ini barulah awal. Antara

Advertisement