Wajah Kesehatan Di Pintu Gerbang Investasi Indonesia

Banten adalah provinsi dengan berjuta peluang. Di sana berlimpah kekayaan, dan dengan gagah melabeli dirinya dengan slogan “pintu gerbang investasi Indonesia”. Betapa tidak, Banten menjadi salah satu provinsi penyangga Ibu Kota, pintu masuk dari pulau Sumatera dengan industri berkelas internasional dan potensi alam yang sensasional.

Banten menjadi surga bagi pengusaha, surga bagi penguasa, namun tidak bagi rakyat jelata dan kaum dhuafa. Beragam kabar tak sedap menerpa Banten terkait masalah kesehatan, mulai dari gizi buruk, wabah penyakit seperti DBD, sampai dengan kasus almarhum Adrian yang ayahnya menawarkan ginjalnya di depan Istana Negara.

Untuk penderita gizi buruk malah lebih memprihatinkan lagi. Penderita gizi buruk banyak ditemukan di Kecamatan Kasemen, salah satu kecamatan di Kota Serang, pusat pemerintahan provinsi Banten, yang jaraknya hanya beberapa kilometer saja dari pusat Pemerintahan Provinsi Banten.

Kita juga pernah mendengar ada anak kecil pemakan batu bata di wilayah ini. Buruknya pelayanan terhadap masyarakat di bidang kesehatan juga semakin santer dengan kasus almarhum Adrian asal Labuan, Pandeglang. Lebih miris lagi sekarang , kasus DBD (Demam Berdarah Dengue) di Banten sangat memprihatinkan. Menurut data per 31 Januari 2016 yang dikeluarkan oleh P2PL Dinas Kesehatan Provinsi Banten, jumlah penderita DBD di Banten mencapai 785 orang, dengan 25 orang di antaranya meninggal dunia. Bahkan bulan februari ini, dua kabupaten sudah ditetapkan KLB (Kejadian Luar Biasa) DBD, yakni Kabupaten Tangerang dengan 270 kasus dan Kabupaten Pandeglang dengan 224 kasus.

Tentu saja ini menjadi catatan khusus dan pekerjaan rumah yang cukup besar untuk segera diselesaikan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Banten, M Yanuar yang belum genap sebulan menjabat. Menariknya, sosok M Yanuar yang sekarang ramai diperbincangkan di media sosial oleh masyarakat banten adalah karena kompetensi beliau bukanlah orang kesehatan, lulusan kesehatan, atau bisa dikatakan mengerti kesehatan. Beliau seorang insinyur yang kompetensinya sama sekali tidak ada kaitannya dengan masalah kesehatan. Hal ini menjadi tanda tanya besar masyarakat, kenapa Baperjakat atau dalam hal ini Gubernur Rano Karno menempatkan orang  yang bertolak belakang dengan keilmuannya atau kompetensi yang dimilikinya.

Padahal jelas, dalam UU ASN bahkan Kepmenkes Nomor 267/2008, aturan penempatan pegawai apalagi sekelas pejabat Eselon II atau III tentu harus sesuai dengan kompetensi yang dimilikinya. Bahkan dengan jelas disebutkan bahwa sekelas Kepala Dinas Kesehatan harus dipegang oleh orang kesehatan. Wajar jika kemudian wabah DBD begitu banyak di Banten karena kurang fahamnya pimpinan dalam menanggulangi masalah tersebut.

Serangan DBD di Banten ini bisa dikatakan baru tahap awal karena musim penghujan belum mencapai intensitas yang tinggi jika dibandingkan bulan yang sama di tahun 2015. Jadi, jika antisipasi yang dilakukan kurang cepat dan tepat, maka kemungkinan penderita DBD ini akan bertambah.

Bayangkan saja jika yang terkena DBD adalah masyarakat Banten Selatan, Cijaku, Cilograng, Cirinten atau daerah lainnya yang jauh dari fasilitas kesehatan, bisa ditebak akhir ceritanya. Untuk mencapai puskesmas jaraknya berkilo-kilometer, untuk mencapai rumah sakit, jangan ditanya lagi berapa jam perjalanannya. Ada RSUD Malingping, itu pun masih carut marut palayanannya, minim fasilitasnya. RSU Banten milik Provinsi bahkan lebih kalut lagi pelayanan dan fasilitasnya, bahkan terus saja berpolemik dan terakhir diminta Universitas Tirtayasa untuk mereka kelola menjadi sarana fakultas kedokteran mereka.

Fenomena ini ada di Provinsi penyangga Ibu Kota, yang menamakan dirinya pintu gerbang investasi Indonesia. Masih di Pulau Jawa dandekat dengan Istana Negara. Itulah sedikit dari sekian banyak potret dari wajah kesehatan di Banten. Potret yang masih suram, potret yang masih abu-abu, belum memiliki megapixel apalagi terang benderang seperti setelah diedit di photoshop.

Banten masih tertinggal dalam bidang kesehatan, dan sebagai masyarakatnya tentu kita selalu berharap, berdo’a, bahkan ikut berusaha meski lewat tulisan agar Banten semakin lebih baik, lebih adil, lebih sehat, lebih merata dan lebih sejahtera serta diridhoi Allah SWT.. Aamiin..

Advertisement div class="td-visible-desktop">