
BENCANA banjir dan longsor akibat persoalan klasik yakni alih fungsi atau penggundulan hutan tak terkendali ditambah musim hujan lebih awal serta dampak La Nina terjadi di sejumlah wilayah dan diperkirakan akan meningkat saat puncak musim hujan nanti.
Banjir terjadi di Pidie, Aceh, Katingan (Kalimantan Tengah), Sintang (Kalimantan Barat), Luwu (Sulawesi Selatan) dan Bogor (Jawa Barat) pekan lalu.
Pada 3 sampai 5 Nov. saja tercatat banjir bandang di Desa Malaipea, Alor Selatan (NTT), 15 desa di Gresik dan Kota Batu, Jawa Timur yang menewaskan tujuh orang, empat desa di Kab. Melawi, Kalimantan Barat, sedangkan longsor terjadi di Kec. Telegong, Garut, Jawa Barat,
Air tak saja menggenangi ruas-ruas jalan dan wilayah permukiman langganan banjir di ibukota seperti Cipinang dan Manggarai, tetapi juga di perumahan elit Dharmawangsa, Kebayoran Baru dan di wilayah aglomerasi Bodetabek akhir pekan lalu.
Musim penghujan kali ini ditandai dengan fenomena La Nina akibat penurunan suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah dari kondisi normal sehingga memicu turunnya hujan di sejumlah wilayah di Indonesia.
La Nina diprediksi meningkatkan 20 sampai 70 persen curah hujan, berpotensi memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor,puting beliung dan badai tropis.
Menurut prakiraan BMKG, kenaikan curah hujan akan terjadi antara November sampai Januari tahun depan di sejumlah wilayah a.l. Sumatera Bagian Selatan, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi bagian selatan, Bali hingga NTT.
Selama November, 87,7 persen wilayah Indonesia memasuki musim hujan, lalu meningkat menjadi 96,8 persen pada Desember dan puncak musim hujan diperkirakan pada Januari atau Februari 2022.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi Kementerian ESDM Andiani mewanti-wanti, dengan tingginya curah hujan, potensi longsor meningkat terutama di lereng-lereng yang curam.
Aksi mitigasi oleh seluruh pemangku kepentingan bahu-membahu dengan penduduk terutama di wilayah rentan bencana diperlukan guna menekan risiko sekecil mungkin.