AMERIKA SERIKAT – Sejumlah wilayah di Amerika Serikat sedang dilanda suhu dingin esktrem dengan angin hingga -45°C, dan sejumlah warga negara Indonesia (WNI) di sana membagi kisahnya menghadapi cuaca tersebut.
Salah satunya adalah Beatrix Stein yang tinggal di Chicago, Illinois. “Ini selalu dingin (di Chicago) kalau musim dingin, tapi ini dinginnya lebih ekstrem,” kata Beatrix.
Beatrix juga mendengar bahwa warga bisa terkena frostbite hanya dalam hitungan menit. Frostbite atau radang dingin adalah kondisi di mana kulit dan jaringan di bawah kulit membeku dan mati rasa akibat terekspos suhu dingin.
Menurut Beatrix, daerah tempat tinggalnya seperti kota mati. Banyak restoran, toko, dan supermarket yang ditutup. Penerbangan juga banyak yang dibatalkan.
“Jadi kalau saya lihat ke luar itu, benar-benar tidak ada yang lewat,” katanya. “Nggak ada orang yang mau keluar, semua orang di dalam saja.”
Diaspora lainnya adalah Pambayun Savira yang berada di St. Paul, Minnesota. Pam, mahasiswi tahun pertama di University of St. Thomas, juga mengalami suhu sekitar -29°C dengan angin di daerahnya.
“Dua menit (di luar) saja itu bisa kena frostbite,” kata Pam. “Aku cuma di rumah saja, soalnya nggak memungkinkan untuk keluar.”
Sementara jika libur, Pam dan keluarga asuhnya bereksperimen melempar air mendidih ke udara dingin ekstrem yang langsung menjadi salju.
Pam, yang berasal dari Surabaya, merasa cuaca dingin itu mahal karena ia butuh alat penghangat dan baju berlapis-lapis.
“Enak sih kalau bisa main salju satu, dua jam,” katanya. “Tapi kalau terus-terusan dan saljunya nggak pergi-pergi, itu capek juga. Soalnya kalau jalan gampang kepleset, atau kalau saljunya tebal susah banget jalannya,” tuturnya, sebagaimana dilansir VOA.