oleh : Parni Hadi.
Pada mulanya adalah:
kata-kata,
suara atau bunyi,
yang merasuk ke dalam hati.
Kata bukan sembarang kata,
suara bukan tanpa makna,
bunyi bukan asal bunyi,
semua punya arti dan fungsi,
makna dan guna.
Hari ini 1 Juni 2020.
Tanggal merah.
Hari libur nasional, kata karyawan rendah,
disingkat burnas, sela Paijo.
Horeee, bubur panas, seru anaknya.
Huuss, sergah emaknya.
Hari bersejarah, jelas pemerintah.
Hari Lahir Pancasila.
Jas merah, jangan sekali-kali melupakan sejarah, tegas Bang Miun.
Jangan lupa si bibir merah, sindir Minah.
1 Juni 1945,
1 Juni 2020,
sudah tujuh puluh lima tahun.
Paijo, Miun, Sarinah dan Minah tertegun,
setia menunggu datangnya
tamu: Pak Adil dan Bu Makmur.
75 tahun lalu Bung Karno presentasi landasan filosofi, dasar negara Indonesia merdeka.
Si Bung diundang Mbah Radjiman untuk beri uraian yang kemudian,
dirumuskan menjadi Pancasila.
Pancasila, banyak yang menganggapmu mantera sakti atawa azimat,
ada juga yang bilang kamu cuma alat, pemersatu bangsa,
Kalau hanya alat, Corona lebih hebat.
Semua mau
bersatu dalam waktu singkat.
Pancasila, kamu sudah lansia,
tersusun dalam pigura,
dibaca waktu upacara.
Kamu harus mewujud dalam aksi nyata, bukan sekedar kata-kata.
(ph 1.7.20).