spot_img

AS Siap Serang Iran

SERANGAN terhadap Iran dipilih sebagai salah satu opsi yang akan dilancarkan Amerika Serikat guna melindungi kepentingannya termasuk perusahaan-perusahaan minyaknya di kawasan Timur Tengah jika negara itu terbukti di balik serangan drone ke dua kilang minyak di Arab Saudi, Sabtu lalu (14/9).

AS seperti dinyatakan Presiden Donald Trump di Washington (27/9), melontarkan signal keras bahwa pihaknya tidak akan berpangku tangan saja membiarkan Arab Saudi membela diri.

Dua kilang minyak, Abqaiq dan Khurais yang dikelola perusahaan AS Aramco terbakar hebat, Sabtu lalu (14/9) akibat serangan pesawat-pesawat nirawak (drone), diduga dilakukan oleh Iran atau kelompok anti AS di Irak.

Milisi Houthi di Yaman dukungan Iran yang sudah 227 kali melancarkan serangan rudal balistik ke wilayah Arab Saudi juga sudah mengklaim, pihaknya yang bertanggungjawab atas serangan Sabtu lalu.

Saudi kehilangan separuh dari sekitar 10 juta barel per hari produksi minyaknya atau lima persen dari produksi minyak global akibat serangan itu. Menurut catatan, kilang Abqaiq dan Kuraish memiliki deposit minyak sekitar 20 milyar barel.

Trump lebih jauh mengingatkan, ada alasan yang bisa dipercaya bahwa pihaknya sudah tahu siapa pelakunya dan kini tinggal menunggu verifikasi dari Saudi, lalu mereka akan menentukan langkah berikutnya.

Menlu Iran, Abbas Mousavi menganggap tudingan terhadap negaranya sebagai pelaku serangan tidak berdasar dan ngawur, begitu pula Irak yang pasca tumbangnya rezim Saddam Husein berhubungan baik dengan AS, menjamin wilayahnya tidak akan digunakan menyerang negara tetangga. Irak dan Iran terlibat perang perbatasan antara 1980 – 1988 yang merenggut ratusan ribu tentara kedua belah pihak.

Sedangkan Menlu AS Mike Pompeo cenderung menuduh Iran di balik serangan itu sehingga negaranya bersama sekutu dan mitra-mitranya akan meminta pertanggungan jawab Iran dan menjaga pasokan minyak berjalan baik.

Yang jelas, kebakaran di dua kilang minyak terbesar di dunia yang mampu memompa tujuh juta barel minyak dari perut bumi setiap hari itu membuat harga emas hitam itu mulai merambat naik. Harga minyak Brent naik 10 persen dari 58,28 menjadi 66,28 dollar AS per barel, Senin (16/9).

Manfaatkan Diplomasi UEA
Opsi yang akan diambil AS, jika melalui jalur diplomatik kemungkinan menggunakan jasa Uni Emirat Arab (UEA) yang akhir-akhir ini melakukan pendekatan dengan Iran, pasca runtuhnya koalisinya dengan Arab Saudi dalam konflik Yaman.

Di tengah konflik Yaman yang pecah sejak 2015 dan menelan sekitar 70 ribu nyawa, semula UEA dan Saudi mendukung rezim petahana pimpinan Presiden Abdurrabuh Mansur Hadi melawan milisi Houthi dukungan Iran, namun kemudian UEA dan Saudi pecah kongsi karena Saudi menggandeng Ichwanul Muslimin yang dilarang di UEA.

Jika opsi militer yang dambil, AS kemungkinan akan melancarkan serangan terbatas ke situs-situs peluncuran rudal, instalasi radar dan komunikasi serta fasilitas militer Iran lainnya dengan rudal-rudal jelajah seperti Tomahawk atau Harpoon yang berdaya jangkau 1.000 Km dan sudah teruji saat digunakan menggempur Irak pada Perang Teluk 1990 lalu.

Dari perimbangan militer, AS dengan keunggulan teknologinya, misalnya di udara dengan pesawat-pesawat tempur generasi ke-4 seperti F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon seri terakhir dan F-22 Raptor serta pesawat generasi ke-5 siluman F-35 Super Lightning tentu tidak standing dengan AU Iran.

Sebaliknya, akibat embargo AS dan negara-negara Barat sejak jatuhnya rezim Shah Iran Riza Pahlevi pada 1979 , Iran masih mengoperasikan pesawat-pesawat tempur usang eks-AS seperti F-4 Phantom, A-4 Skyhawk, F-14 Tomcat atau MiG-29 Fulcrum eks-Soviet dan F-1 Mirage eks-Perancis.

Di darat, di tengah embargo, Iran masih bisa mengembangkan rudal-rudal balistik yang juga digunakan milisi Houthi di Yaman menyerang Saudi, sedangkan sekitar 500 ribu pasukan daratnya didukung tank-tank lawas T-55 dan T-62 peninggalan Soviet dan sistem rudal pertahanan udara S-300 eks-Rusia.

Sebaliknya AS didukung Armada ke-V dengan kapal induk USS Abraham Lincoln yang mengangkut hingga 100 jet-jet tempur F-15, F-16, F-22 sampai F-35 dna didukung kapal serang amfibi dan kapal-kapal pendukung lainnya juga sudah merapat ke Teluk Parsi.

Pangkalan militer AS yang bertebaran di kawasan Timur Tengah a.l di Uni Emirat Arab, Kuwait, Qatar dan Oman yang diperkuat pembom jarak jauh B-52 dan ribuan marinir dan satuan-satuan lainnya tentunya juga sudah siap menunggu komando.

Yang diuntungkan jika AS menyerang Iran, tentu saja Israel, musuh bersama negara-negara Arab dan Timur Tengah karena tidak perlu merogoh kocek untuk membiayai perang atau kehilangan serdadunya, cukup ongkang-ongkang, menyaksikan dari kejauhan. (AP/AFP/Reuters/ns)

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles