Saudaraku, pencapaian kebahagiaan tertinggi bukan pada keberhasilan, melainkan pada keberanian menghadapi masalah; bukan pada pemenuhan hasrat bersenang atau berkuasa, melainkan pada kegigihan menemukan makna kemuliaan hidup.
Hanya dengan kemampuan memulihkan kebaikan cinta-kasih dan cinta-moralitas, kepadatan beribadah selama Ramadhan bisa menghadirkan kemenangan sejati. Nabi Muhammad bersabda, “Maukah aku tunjukkan perbuatan yang lebih baik daripada puasa, shalat, dan sedekah? Kerjakan kebaikan dan prinsip-prinsip yang tinggi di tengah-tengah manusia.”
Istilah lebaran dalam kosakata kita mengandung muatan pengertian yang sepadan dengan harapan itu. Berasal dari bahasa Jawa/Sunda ”lebar”, lebaran bisa berarti rampung atau luas. Bisa juga dimaknai dalam satu tarikan nafas, kepurnaan ujian yang membawa kelapangan. Bahwa hidup bukanlah tanpa kesulitan dan ujian. Namun, kesulitan dan ujian bukanlah kutukan yang mendorong keputusasaan dan kesesatan, melainkan jalan terjal perjuangan etis demi meraih puncak kelapangan kebahagiaan.
Pada akhirnya, keberanian untuk menghadapi kenyataan dengan segala cobaan dan pahit getirnya merupakan sumber kebahagiaan. Seperti kata Victor Frankl, kehendak untuk menemukan makna hidup (the will to meaning), lewat kemampuan berdamai dengan kenyataan dan pengorbanan untuk menjadi lebih besar dari diri sendiri, merupakan sumber kebahagiaan tertinggi.
Dengan “lebaran” (kepurnaan, kelapangan), kita eratkan kembali simpul tali kasih, tali kebajikan dan keadilan. Dengan kembali suci fitri, semoga bisa kita suburkan kembali taman kebahagiaan hidup bersama!