Bandara Dhoho Mati Suri, Warga Kediri Kehilangan Nafas Ekonomi

JAKARTA, KBKNEWS.id – Lima bulan tanpa aktivitas di Bandara Dhoho Kediri meninggalkan jejak sepi dan ketidakpastian. Proyek kebanggaan Jawa Timur itu kini berubah menjadi simbol harapan yang tertunda bagi warga sekitar.

Dulu, deru pesawat dan hiruk pikuk penumpang menjadi sumber kehidupan baru bagi masyarakat di Kecamatan Grogol, Banyakan, dan Tarokan. Kini, ribuan meter lahan yang telah berubah fungsi menjadi area bandara justru menyisakan kebingungan: pekerjaan hilang, lahan pertanian tak lagi ada, dan investor perlahan mundur.

“Kami hanya bisa menunggu. Tidak ada lagi panggilan kerja seperti dulu,” ungkap Suparyono, Kepala Desa Grogol, yang kini ikut memikirkan nasib puluhan warganya dari lima desa di sekitar bandara.

Bagi warga seperti Nandha (21), yang dulu menggantungkan hidup dari persewaan permainan anak di sekitar bandara, perubahan ini terasa drastis. “Dulu bisa 50 penyewa sehari, sekarang seminggu belum tentu ada sepuluh,” ujarnya. Ia kini hanya membuka usaha saat akhir pekan, berharap pengunjung datang meski jarang.

Kemandekan operasional Bandara Dhoho bukan sekadar soal penerbangan berhenti, melainkan rantai ekonomi yang terputus. Usaha kecil gulung tikar, pekerja kehilangan penghasilan, dan geliat ekonomi di barat Sungai Brantas pun melambat.

Warga kini menggantungkan harapan pada kepastian pemerintah dan pengelola bandara untuk kembali menghidupkan aktivitas udara di Kediri. “Kalau tidak segera dibuka lagi, sulit bagi kami memulai dari nol,” tutur seorang mantan pekerja, dilansir radarkediri.

Bandara yang sempat digadang-gadang akan membuka gerbang ekonomi baru bagi Kediri dan sekitarnya itu kini justru menjadi cermin rapuhnya keberlanjutan proyek infrastruktur tanpa strategi sosial yang matang.

Advertisement

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here