YOGYAKARTA – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi melakukan langkah antisipasi jika dinding kawah Gunung Merapi runtuh.
Antisipasi dimasukan sebagai skenario bagian dari rencana kontingensi bencana menyusul peningkatan aktivitas gunung api aktif itu sejak pertengahan Mei.
“Kemungkinan dinding kawah yang runtuh menjadi perhatian kami. Kondisi tersebut masuk dalam skenario yang kemudian menjadi dasar bagi wilayah untuk menyusun rencana kontingensi,” kata Kepala Seksi Gunung Merapi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso.
Berdasarkan skenario yang disusun BPPTKG, penyebab utama yang bisa menyebabkan dinding kawah runtuh adalah desakan kubah lava dari bawah.
“Kubah lava yang akan terbentuk terus mendesak dinding kawah di sekitarnya sehingga bisa saja dinding tersebut runtuh. Dinding kawah yang menjadi perhatian kami adalah dinding yang terbentuk dari lava letusan Merapi pada 1997,” katanya.
Selain memantau kondisi stabilitas dinding kawah, BPPTKG juga sudah menyusun skenario apabila terjadi pertumbuhan kubah lava hingga erupsi efusif yang dimungkinkan mengarah ke tiga lokasi, yaitu ke sisi selatan atau masuk Sungai Gendol serta mengarah ke barat dan barat laut.
Sementara itu, Kepala BPPTKG Hanik Humaida mengatakan meskipun dalam beberapa hari terakhir aktivitas Gunung Merapi cukup tenang, namun masih kerap terjadi embusan.
“Artinya, aktivitas vulkanik Merapi masih tinggi yang didominasi pelepasan gas. Status waspada pun tetap masih akan dipertahankan,” katanya.
Hanik menyebut, peningkatan aktivitas vulkanik Merapi yang ditandai dengan terjadinya beberapa kali letusan freatik setelah mengalami letusan besar pada 2010 juga ditemui setelah letusan besar Merapi pada 1872.
“Setelah letusan besar kemudian diikuti erupsi seperti yang terjadi sekarang dan kemudian terbentuk kubah lava pada 1883,” katanya, dilansir Antara.
BPPTKG berharap, Merapi memberikan tanda-tanda yang jelas terkait aktivitas vulkaniknya seperti yang terjadi sebelum letusan 2006 dan 2010.
Hanik menyebut, tanda-tanda awal akan terjadi erupsi dimungkinkan tidak akan sama persis seperti saat letusan 2006 dan 2010 karena sumbat lava di puncak Merapi sudah terbuka.
Sedangkan dari beberapa kali letusan yang terjadi sejak pertengahan Mei, jumlah material vulkanik yang dihasilkan tercatat kurang dari 100.000 meter kubik dengan lontaran material jatuhan dalam radius kurang dari tiga kilometer.