JAKARTA – Dr. Aditya Agita Sembiring, Sp.JP, dokter yang ahli di bidang jantung dan pembuluh darah di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita, menyarankan kepada para orang tua agar anak-anak mereka menerima seluruh imunisasi yang diperlukan sesuai dengan jadwal yang telah direkomendasikan. Hal ini, kata dia, sebagai tindakan pencegahan dan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit Kawasaki.
Menurut Aditya, memastikan anak-anak mendapatkan imunisasi lengkap sesuai jadwal yang direkomendasikan oleh otoritas kesehatan sangat penting.
Imunisasi rutin, seperti vaksin MMR (measles, mumps, rubella), dapat membantu melindungi terhadap infeksi yang dapat memicu penyakit Kawasaki.
“Imunisasi yang lengkap juga dapat membantu mengurangi komplikasi serius dari penyakit Kawasaki yang umumnya menyerang anak-anak,” kata Aditya dilansir dari Antara, Selasa (30/5/2023).
Selain imunisasi, langkah-langkah pencegahan infeksi yang direkomendasikan meliputi menghindari paparan infeksi dengan cara mencuci tangan, menjaga kebersihan lingkungan, dan menghindari kontak dengan individu yang sedang sakit.
Penyakit Kawasaki, yang jiuga dikenal sebagai sindrom Kawasaki, adalah penyakit peradangan yang memengaruhi pembuluh darah kecil di tubuh, terutama pada anak-anak di bawah usia lima tahun.
Penyakit ini pertama kali diidentifikasi oleh seorang dokter Jepang bernama Tomisaku Kawasaki pada 1967 dan kemudian dinamai sesuai dengan namanya.
“Gejala yang dialami oleh anak yang terinfeksi penyakit Kawasaki dapat bervariasi,” ujarnya.
Namun, gejala umum yang biasanya muncul meliputi demam yang berlangsung lebih dari lima hari dan tidak merespons obat penurun demam, ruam pada kulit mirip campak atau rubella, pembengkakan kelenjar getah bening, bibir merah dan pecah-pecah, lidah merah dan bengkak yang sering disebut sebagai lidah strawberry, pembengkakan sendi di tangan dan kaki, serta mata yang merah.
Penyakit Kawasaki juga dapat menimbulkan gejala seperti nyeri sendi, nyeri perut, diare, muntah, kelelahan, dan penurunan nafsu makan.
Aditya mengungkapkan, jika Anda melihat adanya gejala yang mencurigakan pada anak, segera berkonsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan pengobatan yang tepat.
“Pengobatan yang diberikan secara dini dapat membantu mengurangi risiko komplikasi serius,” tuturnya.
Aditya, yang merupakan dokter subspesialis kardiologi pediatrik dan penyakit jantung bawaan, menjelaskan bahwa penyakit Kawasaki berbeda dengan penyakit jantung yang umumnya menyerang orang dewasa, yang dikenal sebagai Penyakit Jantung Koroner (PJK).
Jika penyakit Kawasaki tidak diobati dengan baik, dapat menyebabkan komplikasi berupa pelebaran pembuluh darah arteri koroner yang berpotensi menyebabkan penumpukan bekuan darah di pembuluh darah koroner hingga pada akhirnya menyumbat total pembuluh darah koroner.
Gejala yang ditimbulkan akan menyerupai gejala serangan jantung pada pasien dewasa, yaitu nyeri dada seperti ditimpa benda berat dan bila tidak cepat ditolong dapat berakibat fatal.
Tata laksana pengobatan penyakit Kawasaki yang umum digunakan adalah melibatkan kombinasi aspirin dosis tinggi yang diberikan hingga demam mereda dan imunoglobulin intravena (IVIG), yang direkomendasikan oleh American Heart Association. Terapi itu bertujuan untuk mengurangi peradangan, mencegah komplikasi, dan mempercepat pemulihan.
“Dalam pengobatan Kawasaki, IVIG diberikan dalam dosis tinggi melalui infus intravena untuk mengurangi peradangan dan mencegah perkembangan aneurisma koroner. Pemberian IVIG biasanya dilakukan hanya sekali, biasanya selama 10-12 jam,” ucap dokter lulusan Universitas Sumatra Utara itu.
Aditya mengatakan dengan pengobatan yang tepat, sebagian besar anak dengan penyakit Kawasaki akan sembuh sepenuhnya tanpa komplikasi jangka panjang.
Mengambil data di Jepang, dia mengatakan dari 26.691 pasien, terdapat 4 (0,015 persen) kasus kematian akibat penyakit Kawasaki pada 2011-2012. Sementara data dari Amerika Serikat menunjukkan angka kematian sedikit lebih tinggi dari Jepang, yaitu sekitar 0,17 persen.
Kematian di kedua negara tersebut terjadi karena komplikasi serius yang paling umum, yaitu pembentukan aneurisma koroner, pelebaran dan pembengkakan pada pembuluh darah jantung.
Aditya menyebut aneurisma koroner dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan memerlukan pengawasan jangka panjang oleh seorang ahli jantung.
Prognosis penyakit Kawasaki, menurut Aditya, juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti usia saat menderita penyakit (bayi berusia di bawah 1 tahun memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi), adanya komplikasi kardiovaskular, dan waktu pemberian pengobatan yang tepat.
Jika aneurisma koroner terbentuk, pengobatan dan tindak lanjut yang tepat sangat penting untuk memantau dan mengelola kondisi jantung.
Penyakit Kawasaki masih terbilang penyakit yang terlambat dalam penanganan karena diagnosis yang tidak tepat. Maka itu, Aditya mengatakan, penting untuk tetap mengikuti pedoman kesehatan umum, menjaga kebersihan, dan melibatkan tenaga medis jika ada kekhawatiran atau muncul gejala yang mencurigakan pada anak-anak.
Gejala yang muncul akan mirip dengan gejala serangan jantung pada orang dewasa, seperti nyeri dada yang terasa berat dan jika tidak segera ditangani dapat berakibat fatal.
Pendekatan umum dalam pengobatan penyakit Kawasaki melibatkan kombinasi aspirin dalam dosis tinggi untuk meredakan demam dan imunoglobulin intravena (IVIG), yang direkomendasikan oleh American Heart Association.
Tujuan dari terapi ini adalah mengurangi peradangan, mencegah komplikasi, dan mempercepat pemulihan.
“Dalam pengobatan Kawasaki, IVIG diberikan dalam dosis tinggi melalui infus intravena untuk mengurangi peradangan dan mencegah perkembangan aneurisma koroner. Pemberian IVIG biasanya dilakukan sekali saja, biasanya selama 10-12 jam,” katanya.
Aditya mengatakan dengan pengobatan yang tepat, sebagian besar anak yang mengidap penyakit Kawasaki akan sembuh sepenuhnya tanpa mengalami komplikasi jangka panjang.
Berdasarkan data dari Jepang, ia menyebutkan bahwa dari 26.691 pasien, terdapat 4 (0,015 persen) kasus kematian akibat penyakit Kawasaki pada tahun 2011-2012. Sementara itu, data dari Amerika Serikat menunjukkan angka kematian yang sedikit lebih tinggi dari Jepang, yaitu sekitar 0,17 persen.
Kematian di kedua negara tersebut disebabkan oleh komplikasi serius yang paling umum, yaitu pembentukan aneurisma koroner, yaitu pelebaran dan pembengkakan pada pembuluh darah jantung.
Aditya menyebutkan bahwa aneurisma koroner dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan memerlukan pengawasan jangka panjang oleh seorang ahli jantung.
Prognosis penyakit Kawasaki, menurut Aditya, juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti usia saat menderita penyakit (bayi di bawah 1 tahun memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi), adanya komplikasi kardiovaskular, dan waktu pemberian pengobatan yang tepat.
Jika terbentuk aneurisma koroner, pengobatan dan tindak lanjut yang tepat sangat penting untuk memantau dan mengelola kondisi jantung.
Penyakit Kawasaki masih sering terlambat dalam penanganannya karena diagnosa yang tidak tepat. Oleh karena itu, Aditya mengatakan bahwa penting untuk tetap mengikuti pedoman kesehatan umum, menjaga kebersihan, dan berkonsultasi dengan tenaga medis jika ada kekhawatiran atau gejala mencurigakan pada anak-anak.