China Meradang atas Komunike KTT G7

China mengecam komunike bersama KTT G7 Hiroshima yang dianggapnya memuat fitnah dan campurtangan urusan dalam negeri serta konfrontatif terhadap negaranya

PEMERINTAH China memanggil dubes Jepang di Beijing untuk menglarifikasi hasil KTT G7 yang digelar di Hiroshima,   19 -21 Mei lalu karena dinilai memancing konfrontasi dan intervensi urusan dalam negerinya.

Harian Global Times, China (22/5) dalam ulasannya menyebutkan, KTT G7 di Hiroshima yang dihadiri seluruhnya tujuh pemimpin negara industri terkemuka serta dua wakil Uni Eropa sebagai konferensi anti China yang memicu ketegangan global.

“Tidak hanya persoalan mencampuri urusan dalam negeri dan mencoreng China, tetapi juga memancing antarkubu, “ demikian tajuk rencana yang ditulis the Global Times.

Wamenlu China Sun Weidong menuding Jepang berkolaborasi dengan negara-negara anggota G7 lainnya untuk memfitnah dan menyerang China, melanggar prinsip dasar hukum  int’l dan empat dokumen politik antara China dan Jepang yang diteken dalam Pernyataan Bersama pada 1972.

Kedubes China di London juga meminta Inggeris berhenti memfitnah negaranya, merespons pernyataan PM Inggeris Rishi Sunak di forum KTT G7 yang menyebutkan negara tirai bambu itu sebagai tantangan global bagi keamanan dan kemakmuran.

Rusia, menjadi mitra dekat China saat ini yang juga dikecam di KTT G7 terkait invasinya ke Ukraina sejak 24 Fen. 2022 menilai, KTT G7 sebagai inkubator untuk menyebarkan sikap anti negaranya dan China.

Dalam pernyataan atau komunike bersama di akhir KTT G7 terdiri dari 66 poin dan 40 halaman itu, nama China disebut 20 kali atau lebih banyak dari KTT G7 sebelumnya, tahun 2022 sebanyak 14 kali.

Terkait relasi dengan China, dalam komunike disebutkan, G7 akan mengoordinasikan pendekatan baru untuk menjaga ketahanan dan keamanan ekonomi global berdasarkan diversifikasi dan pengurangan risiko, bukan dengan pemutusan hubungan.

Bangun Hubungan Konstruktif

Upaya untuk menciptakan hubungan konstruktif dan dan seimbang  dilakukan dengan mengurangi ketergantungan berlebihan  serta menangkal praktek-praktek yang merusak terkait alih teknologi dan pengungkapan data juga dimuat dalam komunike KTT G7.

Kecemasan terhadap kebangkitan ekonomi China pada beberapa dekade terakhir ini tercermin dari butir komunike yang memosisikan negara tirai bambu itu sebagai ancaman, sehingga untuk menangkalnya dituntut kekompakan G7.

Terlepas dari reaksi China, Presiden AS Joe Biden berharap hubungan antara AS dan China segera mencair khususnya di bidang ekonomi dan perdagangan , walaupun sejumlah pengamat skeptis, ketegangan segera mereda, mengingat kemarahan tercermin dari pemanggilan dubes Jepang.

Perseteruan antara China dan Rusia di satu kubu, melawan G7 pimpinan AS diharapkan tidak berdampak pada negara-negara Global South termasuk RI.

Pemimpin G7 yag hadir yakni PM Jepang Fumio Kishida (tuan rumah), Presiden AS Joe Biden, Kanselir Jerman Olaf Scholz, PM Inggeris Rishi Sunak, PM Itali Georgia Meloni, PM Kanada Justin Trudaeu, Presiden Perancis Emannuel Macron plus dua wakil Uni Eropa (Presiden Dewan Eropa Charles Michel dan Ketua Komisi UE Ursula von Leyen).

Selain Presiden Jokowi, kepala pemerintah non-G7 yang diundang di KTT ke-49 G7: PM Australia Anthoni Albenese, PM Kepulauan Cook Mark Brown, Presiden Brazil Inacio Lula da Silva, PM India Narendra Modi, Presiden Korea Selatan Yoon Seuk Yeol, Presiden Komoro Azali ssoumani dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. 

“Jangan sampai, gajah bertarung, para pelanduk mati di tengahnya,” dan diharapkan kemitraan global demi keamanan dan kemakmuran seluruh umat manusia terus diperkokoh di tengah perbedaan kepentingan masing-masing negara.