Dipertemukan Rindu

0
99
Yudi Latif

Saudaraku, Sabtu malam (15/2/2025), beberapa sahabat alumni Pondok Modern Gontor bersua kembali di rumahku. Ibarat burung pulang ke sarang di musim percintaan, seperti penyu kembali asal kelahiran dan ikan salmon kembali ke sungai untuk bertelur, kami kembali berkumpul dipertautkan oleh rindu.

Waktu telah melaju jauh, membawa kita mengalir di sungai takdir masing-masing. Sudut-sudut dunia menjadi saksi perjalanan. Jalan-jalan asing telah kita tapaki, dan kehidupan telah mengajarkan arti perjuangan. Namun, dalam diam, ada yang tak pernah berubah—rindu yang selalu mencari jalan pulang.

Kini, rindu itu menemukan jalannya. Dalam pertemuan yang lama dinanti, kulihat wajah-wajah yang pernah menemaniku dalam pencarian, dalam pengembaraan, dalam pembelajaran, dalam tawa dan air mata, dalam lelah yang tak terucapkan. Mata mereka masih menyimpan cahaya yang sama—cahaya ilmu, cahaya persaudaraan, cahaya kenangan yang tak lekang oleh waktu.

Kita duduk melingkar, seperti saat belajar bersama di beranda asrama. Bercerita tentang hari-hari yang kita lewati, memutar kenangan yang tersimpan di laci ingatan. Dulu, kita berbagi sajadah dalam doa, berbagi ilmu dalam muhadlarah, berbagi makanan dalam keterbatasan, berbagi syahdu dalam syair puji-pujian, berbagi dokar dalam perjalanan. Kini, di tengah hiruk-pikuk kehidupan, kita kembali dipertemukan, bukan hanya sebagai sahabat lama, tetapi sebagai saudara yang saling menguatkan.

Tidak ada yang benar-benar berubah. Mungkin hanya rambut yang sedikit memutih, langkah yang sedikit lebih hati-hati, dan cerita yang semakin kaya. Namun, hati ini tetap sama—penuh kasih, penuh rindu, penuh syukur.

Malam merayakan pertemuan. Kartu-kartu meluncurkan derai tawa. Angin membisikkan doa yang dulu kita lantunkan di masjid dan sudut-sudut pondok. Dan aku tahu, kebahagiaan sejati bukan tentang kemewahan dan pencapaian duniawi, tetapi tentang perasaan memiliki saudara yang selalu ada, meski waktu dan jarak memisahkan.

Hari ini, rindu tak lagi hanya kata. Ia menjelma menjadi pelukan, menjadi tawa, menjadi kehangatan yang tak pudar. Sungguh bahagia bertemu sahabat seperjuangan yang turut menentukan siapa kita.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here