“Gerbang Neraka” di Turkmenistan

0
147
"Gerbang Neraka" atau Kawah Darvaza di Turkemistan yang terjadi akibat kecelakaan industri pertambangan pada 1971 menimbulkan kobara api sampai kini, sudah 53 tahun lamanya.

LUBANG api memuat gas metana di padang pasir di Desa Darvaza, Turkmenistan sehingga dikenal sebagai Kawah Darvaza tercipta akibat kecelakaan galian pada 1971 atau 53 tahun lalu.

Turkmenistan, negara di Asia Tengah yang berbatasan dengan Afghanistan, Iran, Uzbekistan dan Kazakhstan, hingga kini masih sulit  menutup ‘Gerbang Neraka’, usai terbakar akibat kecelakaan galian industri 52 tahun silam.

Kawah Darvaza yang terletak di kawasan gurun pasir Karkarum tdi Turkmenistan itu kini menjadi fenomena alam yang menjadi salah satu obyek wisata dunia.

Dijuluki pula sebagai ‘Gerbang Neraka’ lubang selebar 230 kaki dan sedalam 100 kaki di Gurun Karakum, utara-tengah Turkmenistan, kini setelah pemerintah setempat membangun akes transportasi ke lokasi tersbut, menjadi obyek wisata yang diminati wiatawan manca negara..

Sementara Presiden Turkmenistan Gurbanguly Berdymukhamedov pada awal 2022 lalu mengatakan negaranya akan memperbarui upaya untuk memadamkan api di kawah tersebut (dari gas metana yang mubazir trebakar-red).

“Kami kehilangan sumber daya alam yang berharga di mana kami bisa mendapatkan keuntungan yang signifikan dan menggunakannya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat,” katanya seperti dikutip Gizmodo, 9 Januari 2022.

Pada Mei 2023, Amerika Serikat pun bernegosiasi dengan pemerintah Turkmenistan untuk membantu menutup lubang di Kawah Darvaza secara permanen.

Namun  memadamkan api di kawah itu  bukanlah pekerjaan  mudah. Ilmuwan kebakaran dari Imperial College London, Guillermo Rein, memperingatkan risiko ledakan yang membayanginya.

Formasi geologis

Kawah Darvaza terbentuk dari  formasi geologis  mengandung minyak dan gas alam yang tak terduga, sebagian besar gas metana.

Gas metana yang lolos ke luar melalui kerak bumi, jika terbakar, tidak dapat dihentikan  sampai bahan bakar, sumber panas, atau udara kaya oksigen yang dikandungnya hilang sepenuhnya.

Kawah Darvaza akibat kecelakaan industridi  era Perang Dingin lalu namun tidak ada yang tahu cerita asli asal muasal Gerbang Neraka ini terjadi kecuali banyak orang percaya bahwa kawah terjadi akibat pengeboran leh Soviet antara tahun 1960-1980-an.

Diduga, tanah di bawah rig pengeboran terbelah dan akan melepaskan pusaran metana aibat gas metana yang dinyalakan oleh para insinyur saat itu yang mengira gas akan cepat terbakar habis.

Bisa juga, seseorang mungkin melemparkan sebatang rokok dan secara tidak sengaja menyalakan api. Yang jelas, Gerbang Neraka yang telah berkobar selama puluhan tahun itu membuat orang penasaran dan tertarik untuk mengunjunginya sehingga menjadi
objek wisata nomor satu di Turkmenistan.

Secara teoritis, untuk menambal Gerbang Neraka tersebut  membutuhkan dua hal, yakni memadamkan api dan menghentikan gas merembes keluar dari bum

Langkah pertama mungkin bisa dilakukan, namun yang kedua, sulit untuk diwujudkan.

Jika lubang kawah ditutup, metana hanya akan mencari rute lain untuk keluar dari permukaan. Ini cuma akan menambah sumber metana lain yang bocor di Turkmenistan.

Satu-satunya cara untuk menutup Gerbang Neraka yakni dengan menutup kebocoran pada sumber metananya, namun itu juga tidak amudah dlkaukan.

“Saya tidak yakin ada yang punya ide bagus tentang bagaimana melakukan hal ini,” kata National Geographic Explorer George Kourounis.

Di bawah kawah ada apa?

Salah satu upaya yang bisa dilakukan yaitu mengetahui apa yang ada di bawah Kawah Darvaza. Hal itu bisa dilakukan oleh para pakar industri perminyakan untuk menemukan celah bawah permukaan yang memancarkan gas. Celah itu lalu dapat dicor melalui pipa bawah tanah.

Sementara Guilerm Rein berpendapat, dengan teknologi minyak dan gas, mungkin bsa dilakukan penutupan saluran jika mereka tahu bahan jenis gas yang termuat.

Namun Rein memperingatkan agar upaya itu dilakukan dengan ekstra hati-hati. Sebab percikan sedikit atau kecelakaan saat pengeboran bisa memicu ledakan mematikan.

Sementara itu, ahli geomekanik perminyakan di University of Adelaide, Mark Tingay, tidak yakin bahwa para insinyur bisa menutup retakan yang tak pernah padam itu.
Dia menilai tak ada cara untuk menelusuri dan menutup celah tersebut. Andai kata kebocoran industri bisa diperbaiki, namun kebocoran geologis jauh lebih berbahaya karena penuh ketidakpastian. (CNN/ns)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here