
YOGYAKARTA – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) melaporkan bahwa pada Sabtu (18/3/2023), Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta telah melepaskan guguran lava pijar sebanyak 17 kali. Jarak luncur maksimum 1.500 meter ke arah barat daya atau Kali Bebeng.
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, menjelaskan bahwa hal tersebut terjadi berdasarkan pengamatan yang dilakukan dari pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB.
Selama periode pengamatan itu, menurut BPPTKG, Gunung Merapi juga mengalami 37 kali gempa guguran dengan amplitudo 3-38 mm selama 19.1-152.8 detik, empat kali gempa fase banyak dengan amplitudo 3-4 mm selama 6.2-9.1 detik, satu kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 31 mm selama 8,9 detik, dan gempa tektonik jauh dalam dengan amplitudo 9 mm selama 19.8 detik.
“Asap kawah bertekanan lemah dengan intensitas sedang dan tinggi 75-150 meter juga teramati di atas puncak kawah,” kata dia.
Agus menambahkan, pada periode pengamatan sebelumnya, yaitu pada Jumat (17/3/2033) pukul 18.00-24.00 WIB, Gunung Merapi melepaskan dua kali awan panas guguran dengan jarak luncur maksimum 1.300 meter ke arah barat daya dan 23 kali guguran lava dengan jarak luncur 1.800 meter ke arah barat daya.
Status Siaga atau Level III yang ditetapkan BPPTKG sejak November 2020 masih tetap dipertahankan.
Saat ini, potensi bahaya Gunung Merapi terdiri dari guguran lava dan awan panas guguran yang dapat terjadi di sekitar Kali Woro hingga jarak 3 km dari puncak, Kali Gendol hingga jarak 5 km dari puncak, serta Kali Boyong, Krasak, Bebeng, dan Kali Bedog hingga jarak 7 km dari puncak.
Selain itu, jika terjadi erupsi eksplosif, lontaran material vulkanik dapat menjangkau radius 3 km dari puncak. BPPTKG juga mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap bahaya lahar di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi, terutama saat terjadi hujan di puncak gunung.
Sumber: Antara
