Hari Bolos Nasional

0
585
Ilustrasi Jalan tol Japek (Jakarta-Cikampek)

SETELAH dunia dikuasai internet, sistem aplikasi di jagad maya semakin memudahkan orang berkehidupan. Orang butuh barang tak harus ke warung, toko atau pasar; melalui belanja online semua sudah tercukupi. Maka untuk menggalakkan belanja online hadirlah kampanye bisnis yang namanya Harbolnas alias Hari Belanja Online Nasional. Tapi berkaitan dengan libur Natal 24-25 Desember hari ini, Harbolnas berubah arti menjadi Hari Bolos Nasional, karena banyak ASN yang memanfaatkan bolos bersama pada hari kejepit, yakni pada Senin 23 Desember!

Rupanya yang namanya membolos sudah menjadi “naluri” orang Indonesia. Banyak orang melakukan tanpa merasa bersalah. Wakil rakyatnya di Senayan misalnya, jika sidang paripurna yang hadir kurang dari separo. Sebaliknya yang jadi rakyat biasa, ASN  khususnya, banyak yang suka main babat di hari kejepit nasional. Setiap terbit kalender baru, yang dicermati justru di bulan apa saja adanya Harpitnas alias Hari Kejepit Nasional.

Pada libur Natal 2019 ini, pemerintah bermurah hati pada rakyatnya. Ketika hari Natal 25 Desember jatuh pada hari Rabu, maka hari Selasa sebelumnya dijadikan hari libur bersama. Tapi dasar orang Indonesia memang rajin membolos kata Bu guru….. sebagaimana lagu “Amrin membolos” karya Pak Kasur tahun 1960-an, maka ketika melihat kalender Senin 23 Desember menjadi hari kejepit, dibabatnya sekalian untuk berlibur diri, pulang kampung.

Biasanya libur nasional adalah Hari Lebaran 1 Syawal. Tapi setelah ekonomi anak negeri bangkit mulai di era Orde Baru, libur nasional yang menarik perhatian bukan saja seputar Lebaran, tapi juga libur Natal dan Tahun Baru yang seakan jadi satu paket Nataru (Natal dan Tahun Baru).  Mereka yang punya dana berlebih, berbondong-bondong pulkam.

Indikasinya bagi yang tinggal di Jakarta ibukota negara, meski tol Japek –mestinya Jawangpek = Jakarta Karawang Cikampek– sudah dibuka, kendaraan ke arah timur masih macet juga. Kenapa bisa terjadi? Rahasianya ternyata adalah, gara-gara penasaran dengan tol layang baru, para pengendara memilih lewat jalur atas yang digratiskan pula. Padahal di jalur bawah, kendaraan nampak lancar jaya lantaran yang lewat sedikit.

Nah, para pemudik itu banyak juga dari kalangan ASN. Dan dari mereka ini, banyak pula ditemukan praktisi Harbolnas. Soalnya, meski pemerintah hanya meliburkan pada 24-25 Desember, tapi mengingat Senin 23 Desember merupakan hari kejepit, main babat saja sekalian. Praktis liburnya jadi 5 hari, yakni dari Sabtu 21 Desember.

Soal kena tegur atasa masing-masing, itu urusan nantilah. Bukankah “bolos nasional” sudah menjadi “budaya” orang Indonesia. Jangankan rakyat biasa, wakil rakyatnya di Senayan juga jadi pelopor pembolosan. Lihat saja setiap sidang paripurna, yang hadir cenderung kurang dari 50 persen. Jangankan sidang-sidang rutin, sedangkan pada sidang hari pelantikan 1 Oktober 2019 lalu banyak pula yang Amrin membolos….. kata Bu Guru.

Meski sudah menjadi sorotan sehari-hari, tak juga mau berubah. Ataukah karena gawan bayi (pembawaan sejak lahir)? Soalnya mesti sudah dipasang finger print (absen sidik jari), masih juga kebobolan. Bahkan sepertinya mesin itu tak dipakai lagi, karena banyak anggota dewan yang hanya titip pada rekannya.

Kenapa mereka gemar membolos? Para anggota DPR ini banyak yang bukan wakil rakyat sebenarnya. Banyak yang pengusaha “nyamar” jadi wakil rakyat, sekedar untuk mengamankan usahanya. Pantas saja Menko Polhukam Mahfud MD kemarin bilang, hukum di Indonesia ada yang bisa dibeli, UU-nya dibuat banyak tersusupi pasal pesanan.

Jika anggota DPR doyan membolos, mungkin karena banyak yang sudah tak kenal lagu “Amrin membolos” yang populer di tahun 1960-an, yang liriknya sangat mengesankan. Misalnya: Amrin membolos kata bu guru, jangan membolos menyusahkan ibu.

Anggota DPR sekarang banyak didominasi mereka yang lahir seputar tahun 1970-an ke atas. Jika ada anggota DPR yang kenal lagu itu, paling-paling angkatan Guruh Sukarnoputra dari PDIP. Tapi celakanya, beliaunya sendiri juga yang termasuk rajin membolos……kata Bu Guru. Mungkin dia merasa, ah Ketua DPR-nya kan keponakan gua sendiri. (Cantrik Metaram)

           

Advertisement div class="td-visible-desktop">