KALIMAT apa yang bisa melukiskan kejadian tragis dan miris di negeri ini, di era now dan cyber, masih ada saja orang yang menjadi korban penggandaan uang, bahkan nyawanya pun ikut melayang.
Dalam peristiwa teranyar, warga Desa Balun, Kec. Wanayasa, Kab. Banjarnegara, Jawa Tengah, Slamet Tohari alias ST (45) berhasil memperdaya, lalu membunuh 12 korban yang semula meminta uangnya digandakan.
ST tidak beroperasi sendiri, tetapi dibantu Budi Santoso (33) yang bertugas “memasarkan” melalui akun FB yang menyebutkan keahlian ST dalam penggandaan uang.
Aksi keji ST terkuak setelah korban terakhir, warga Sukabumi, Paryanto (53) sebelum diracun, berpesan pada Henry, anaknya melalui WA, agar segera mencarinya di rumah sang dukun jika dalam beberapa hari tidak ada kabar berita tentang dirinya.
“Ini untuk berjaga-jaga saja kalau umur ayah tidak panjang. Ayah ada di rumah Pak Slamet. Kalau tidak ada kabar sampai Minggu (26/3) langsung cari bersama aparat, “ tutur Henri (Kamis, 23/3).
Berdasarkan penyelidikan polisi, Paryanto yang tewas setelah diracun TS, dikuburkan di dekt jalan setapak dekat kawasan hutan di Wanayasa.
Paryanto, menurut penuturan Henry, sejak beberapa tahun berinteraksi dengan ST dan sudah menyetorkan Rp70 juta dalam beberapa tahapan untuk digandakan menjadi Rp5 miliar.
Pria malang itu pun bolak-balik menemui ST karena hasil penggandaan tidak pernah teralisasikan, sehingga ia harus bolak-balik menagihnya.
Di TKP, di kebun singkong di lereng bukit di Desa Balun, Wanayasa sekitar 500 meter dari jalan raya antara Wanayasa, Banjarnegara dan Kajen (Pekalongan) , polisi menemukan sebelas jasad lainnya.
Dalam kasus sebelumnya, Wowon warga Garut, Jawa Barat melakukan praktek semacam itu bersama dua rekannya Dullah dan Dede yang terbukti membunuh sembilan korban yang uangnya hendak digandakan.
Kasus itu terkuak setelah ditemukannya sekeluarga tewas secara tidak wajar di Bekasi, Jawa Barat, Januari lalu, lalu ditelusuri dan dikembangkan kasusnya setelah Wowon berhasil diciduk polisi.
Pelaku, Wowon, terbilang sadis, karena yang dibunuhnya di Bekasi tersebut bukan orang lain, tetapi mantan isteri dan dua anak tirinya yang dianggap menelantarkannya saat ia sakit.
Kasus penipuan dengan modus penggandaan uang sudah tak terbilang korbannya terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia, namun sejauh ini agaknya belum ada upaya serius pemerintah untuk mencegahnya.
Mulai dari aparat di level terbawah, RT, RW, Babinsa dan Babinkamtibmas sampai lurah, mestinya mampu memberikan literasi pada warga tentang kemustahilan uang bisa digandakan.
Penyebabnya, bisa kadi karena jalan pintas rumitnya mencari pinjaman, perlu agunan, menunggu disetujui bank, bunga tinggi dan halangan lain bagi warga yang membutuhkan dana dengan mudah dan cepat.
“Jangan tunggu sampai korban-korban penipuan penggandaan uang berikutnya berjatuhan, “ .