Hukuman Fisik Tak Efektif Ubah Perilaku Anak, Ini Saran Pakar

0
164
Ilustrasi orang tua memarahi anak. (Foto: freepik)

JAKARTA – Setiap orang tua yang mengasuh anak pasti pernah merasa frustrasi saat menghadapi perilaku buruk anak. Salah satu reaksi yang sering dilakukan adalah memberikan hukuman fisik, seperti memukul, menampar, atau mencubit anak.

Namun, hukuman fisik sebenarnya cenderung tidak efektif dalam membangun hubungan saling menghormati, mengajarkan anak, dan mendorong perkembangan optimal. Hukuman ini dapat berdampak negatif secara fisik maupun psikologis.

Anak tidak hanya merasakan sakit fisik, tetapi juga kesedihan, ketakutan, kemarahan, dan rasa malu, yang dapat memicu stres psikologis dan mengaktifkan sistem saraf yang biasanya bekerja saat menghadapi bahaya.

Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Prof. Dr. Rose Mini Agoes Salim, M.Psi., atau biasa dipanggil Romi, menjelaskan bahwa hukuman fisik tidak selalu cocok untuk semua anak dalam mengubah perilakunya. Banyak kasus di mana hukuman fisik tidak membuat anak jera, sehingga pendekatan lain perlu diterapkan.

“Karena yang terjadi banyak sekarang orang tua melakukan hukuman fisik anak tetap tidak berubah. Itu artinya, hukuman ini tidak membuat anak jera dan mengubah perilakunya, mungkin harus dengan pendekatan lain,” kata psikolog yang biasa disapa Romi ini dilansir dari Antara.

Romi menjelaskan bahwa anak bisa melakukan pelanggaran karena tidak memahami aturan, mencari perhatian, atau terpaksa melakukannya karena situasi tertentu.

Hukuman fisik seperti memukul tidak bisa dijadikan satu-satunya cara untuk mengubah perilaku anak. Anak perlu memahami konsekuensi dari pelanggaran yang dilakukannya dan menyadari manfaat dari mematuhi aturan.

Menurut Romi, mengubah perilaku anak perlu dilakukan dengan pendekatan yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotor, yang dikenal dengan istilah “shaping” atau membentuk perilaku.

“Bisa dengan cara macam-macam, jadi memberikan informasi pemahaman dulu, kognitif, afektif, baru psikomotor supaya dalam proses perilaku dia paham kalau ini untuk kebaikan dia, mungkin dia tidak akan melakukan lagi hal-hal yang buruk lagi,” katanya.

Romi juga menyarankan agar orang tua memberikan penjelasan yang baik tentang konsekuensi suatu pelanggaran, sehingga anak paham mengapa mereka tidak boleh melanggar aturan.

Hukuman tidak selalu harus diberikan ketika anak melakukan kesalahan, tetapi juga jangan memanjakan anak dengan hadiah berlebihan karena bisa merusak mental dan membuat anak selalu mengharapkan imbalan.

“Hukuman kalau bisa diambil sebagai langkah terakhir, kalau masih bisa diajak bicara, masih bisa memberikan informasi kepada anak kenapa dia melakukan pelanggaran itu, nasihat dengan volume suara masih tidak terlalu tinggi, sehingga anak tidak takut pada orang tua,” tuturnya.

Anak yang sering dihukum bisa tumbuh menjadi anak yang pemberang atau kasar di luar rumah karena meniru perilaku yang diterima dari orang tuanya.

Selain itu, anak bisa merasa tertekan, kehilangan rasa percaya diri, dan mengalami harga diri yang rendah. Oleh karena itu, hukuman fisik dan verbal sebaiknya dihindari karena dampaknya yang negatif secara psikologis.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here