spot_img

Indonesia Kini Punya Sistem Dokumentasi Bahasa secara Digital 

JAKARTA – Indonesia memiliki kekayaan seni budaya dan tradisi yang tak tertandingi di dunia karena terdapat lebih dari 1.300 suku bangsa yang tinggal di 17.000 pulau di 38 provinsi di seluruh negeri. Setiap suku memiliki seni tradisi dan bahasa daerah yang unik.

Menurut kajian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, terdapat 718 bahasa daerah yang telah divalidasi dalam 2.560 daerah pengamatan sejak tahun 1991 hingga 2019.

Selain itu, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah menemukan fakta baru bahwa ada sekitar 744 bahasa daerah di seluruh Indonesia hingga akhir tahun 2022.

Namun, keragaman bahasa tersebut semakin terancam keberadaannya karena ada satu bahasa daerah yang punah setiap 40 hari di dunia.

Menurut data World Atlas of Language, terdapat sekitar 8.324 bahasa di dunia, namun hanya sekitar 7.000 bahasa yang masih digunakan secara aktif.

World Atlas of Language adalah sebuah aplikasi daring interaktif yang mendokumentasikan status bahasa di berbagai negara di seluruh dunia. Dari 700 bahasa di Indonesia, hanya sekitar 37 bahasa yang tercatat di World Atlas of Language.

Oleh karena itu, ini menjadi tantangan bagi para penggiat bahasa untuk memperbarui data sehingga lebih banyak lagi bahasa daerah di Indonesia dapat dikenal dunia.

Itje Chodidjah, Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), menekankan pentingnya penggunaan bahasa ibu dimulai dari keluarga, kemudian komunitas, dan masyarakat.

Ia juga meminta otoritas sektor pendidikan untuk tidak menjadikan bahasa daerah hanya sebagai muatan lokal dan mendorong siswa untuk mengejar nilai semata.

Sebaliknya, penggunaan bahasa daerah harus disarankan sejak awal sekolah yang digabungkan dengan bahasa pengantar resmi, sehingga bahasa daerah dapat terus dilestarikan.

“Mari terus lestarikan bahasa ibu salah satunya dengan menyarankan penggunaannya sejak tahun-tahun awal sekolah yang digabungkan dengan bahasa pengantar resmi,” terang Itje, dilansir dari indonesia.go.id.

LADIN

Dalam konferensi pertama Indonesia untuk melestarikan bahasa dan sastra, BRIN telah mengembangkan inovasi baru yang disebut Language Documentation of Indonesia (LADIN) untuk mendokumentasikan perkembangan bahasa.

Sebelumnya, repositori dokumentasi bahasa tersimpan di beberapa pusat data sejenis di luar negeri atau bahkan masih di tangan individu.

LADIN menjadi solusi untuk mengumpulkan dokumentasi repositori bahasa di Indonesia secara digital dan modern.

Sekretaris Utama BRIN Nur Tri Aries Suestiningtyas menjelaskan bahwa LADIN bisa diakses oleh masyarakat kapan saja dan di mana saja.

Pendokumentasian secara digital ini menjadi salah satu upaya konservasi, rehabilitasi, dan perlindungan terhadap bahasa dan sastra daerah supaya tidak punah.

“Penelitian preservasi bahasa dan sastra di Indonesia harus mampu menunjukkan manfaat, baik untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun tindakan perlindungan bahasa dan sastra daerah,” katanya.

Peneliti dari PRPBS Dendy Wijaya mengatakan, dokumentasi bahasa adalah pengarsipan lama dari kumpulan materi tentang satu bahasa yang dapat memenuhi beberapa fungsi. Selain itu, dokumentasi bahasa menjadi rekaman bahasa untuk data primer.

Untuk itulah LADIN dihadirkan serta dapat dimanfaatkan oleh para peneliti bahasa daerah untuk menyimpan dokumentasi hasil penelitian mereka.

Kepala Organisasi Riset Arkeologi Bahasa dan Sastra BRIN, Herry Jogaswara, mengutarakan bahwa digelarnya konferensi terkait bahasa serta peluncuran LADIN memiliki beberapa makna.

Salah satunya upaya membangun kesadaran suatu bangsa untuk selalu mempertahankan bahasa ibu di daerahnya sebagai warisan budaya untuk generasi mendatang.

Konferensi dan diluncurkannya LADIN, lanjut Herry, tak lepas dari keputusan Sidang Umum UNESCO, 17 November 1999 yang menetapkan setiap 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional.

Hal ini sebagai penghormatan kepada gerakan bahasa yang dilakukan orang-orang Bangladesh yang menginginkan ditetapkannya Bangla sebagai bahasa nasional sebagai upaya melindungi etnis, entitas diri, dan perbedaan budaya.

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles