DI TENGAH seruan internasional terkait penghentian pertumpahan berdarah di Gaza, bahkan dari penduduk di negara-negara Barat pendukung Israel, pasukan negara Yahudi itu tetap bergeming dan terus membombardir wilayah Palestina itu, bahkan juga menyasar sejumlah RS.
Pasukan Israel, Rabu lalu (15/11) bahkan mengaku telah menyerang sejumlah rumah sakit di Gaza yang berdasarkan laporan intelijen Amerika Serikat digunakan sebagai kegiatan operasi militer Hamas dalam perlawanan terhadap pihaknya.
Sebelumnya Jubir tentara Israel (IDF) juga menayangkan video tentang terowongan bawah tanah berjarak beberapa puluh meter dari rumah sakit Indonesia yag digunakan Hamas sebagai markas komando dan situs peluncuran roket walau hal itu ditepis oleh pengelola RS.
Laporan intelijen AS itu yang kemungkinan digunakan oleh Hamas sebagai pembenaran atas aksi pengepungan dan penyerangannya ke rumah sakit terbesar di Gaza Al Shifa, sementara penembak runduk (sniper) membunuh dan menangkap sejumlah orang yang diduga anggota Hamas.
Seorag dokter IGD RS Al Shifa Omar Zaqout mengungkapkan, sejumlah dari 7.000 pengungsi yang berada di RS tersebut ditangkap oleh pasukan IDF dan menolak laporan bawa pasukan Israel itu membawa bantuan. “Mereka datang hanya membawa teror, “ ujarnya.
Sementara Presiden AS Jo Biden sendiri dalam pernyataannya menyeryukan agar pasien dan pengungsi yang berada di RS Al Syifa dilindungi, sedangkan PM Kanada mengatakan, pembantaian terhadap anak-anak dan perempuan yang disaksikan warga dunia harus dihentikan.
Utusan OKI
Presiden Jokowi juga langsung bertolak ke Washingtin DC sebagai utusan negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) untuk menemui Presiden AS Joe Biden seusai pertemuan OKI di Riyadh, Sabtu pekan lalu (11/11).
Ada 31 butir resolusi yang dihasilkan KTT OKI tentang konflik di Gaza, antara lain penghentian pertumpahan darah segera, dan tuntutan terhadap Israel ke ICC (Pengadilan Kriminal In’tl) dan ICJ (Mahkamah Internasional) atas aksi pembantaian dan pengusiran terhadap warga Palestina di Gaza.
Politik dalam negeri Israel, menurut dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia, Broto Wardoyo, juga tidak bisa dilepaskan dari sikap kepala batu PM Benyamin Netanyahu untuk menghindari gejolak dan dinamika situasi di dalam negerinya.
Netanyahu agakya akan berpaya mengembalikan kepercayaan rakyat pasca serangan ribuan roket dan pasukan Hamas yang menewaskan 1.400 orang dan menyandera 240 orang lainnya 7 Okt. Lalu.
“Netanyahu melakukan tindakan yang melebihi kewajaran agaknya dalam upaya menghabisi potensi serangan sekecil apa pun dari Hamas, “ ujarnya.
Resolusi OKI dan kecaman internasional agaknya tidak akan digubris Israel, bahkan DK PBB pun tidak bisa berbuat apa-apa sepanjang Amerika Serikat yang menjadi salah satu anggotanya selalu memveto resolusi memuat kecaman terhadap Israel.
Tidak ada cara lain, dunia memang harus bersatu dan melakukan aksi kongkret agar Israel menghentikan agresinya ke Gaza, paling tidak dengan gencatan senjata, kembali ke meja perundingan. (NS/berbagai sumber).