AMERIKA (KBK) – Pasca serangan brutal di Paris, muslim di negara-negara barat menjadi orang yang terus dicurigai dan diberlakukan seenaknya. Tidak terlepas dirasakan oleh Kameelah Rasheed, 30 tahun, warga Amerika yang beragama muslim.
Ketika ia hendak berlibur ke Istambul Turki, setelah melewati pemeriksaan keamanan rutin di Bandara Internasional Newark Liberty, kemudian ia dipanggil untuk ditanyai lebih lanjut oleh petugas bea cukai.
Setelah itu kemudian diizinkan untuk terbang dengan United Airlines, tapi akhirnya terpaksa kembali diturunkan dari pesawat sesaat pesawat akan lepas landas untuk diinterogasi oleh agen FBI.
Kepada jaringan berita Al Jazeera, ia mengaku diinterograsi selama 2,5 jam. Setelah itu dia trauma dan mempertimbangkan untuk membatalkan penerbangannya.
“Ini merupakan upaya untuk mempermalukan dan mengutuk saya,” katanya.
“Saya rasa ini terjadi karena aku Muslim, karena saya bepergian ke Istanbul, mereka melakukan tanpa checks and balances. Mereka menjaga keamanan dengan melanggar hak-hak rakyat, karena mereka kurang paham apa artinya keselamatan, karena mereka tidak memahami situasi dasar geopolitik, ” ungkap Kameela.
Al Jazeera telah menghubungi Otoritas Pelabuhan New York dan New Jersey, yang beroperasi Bandara Newark Liberty, untuk memberikan komentar.
Rasheed mengatakan bahwa dia adalah satu-satunya penumpang dari sekitar 200 penumpang lainnya yang diminta untuk meninggalkan pesawat pada hari Selasa, bahkan petugas bea cukai menyita paspor dan telepon.
“Itu karena saya Muslim,” kata warga New York yang mengenakan jilbab ini.
Seperti diberitakan Al Jazeera, Kamis (26/11/2015), Kameelah Rasheed adalah seorang seniman, pendidik dan lulusan Stanford University.
Ia seorang, sarjana Fulbright dan juga kontributor di The New Inquiry, meskipun pihak maskapai telah memesan tiket lain untuk dia, karena traumanya itu ia memilih untuk tidak melanjutkan perjalanannya.