Kemenkes Temukan 5.100 Ibu Rumah Tangga Kena HIV

0
126

JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menemukan sekitar 5.100 ibu rumah tangga baru terinfeksi HIV setiap tahunnya. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Juru Bicara Pemerintah, Mohammad Syahril, dalam Konferensi Pers “Melindungi Anak dari Penularan Penyakit Seksual” yang diselenggarakan secara daring di Jakarta, Senin (8/5/2023).

Dari jumlah tersebut, sekitar 33% ibu rumah tangga terinfeksi HIV karena terpapar oleh pasangan yang berisiko melakukan hubungan seksual. Hal ini dapat menyebabkan penularan HIV dari ibu ke anak dalam rentang 20-45%.

Penularan akibat perilaku seksual berisiko ini lebih tinggi dibandingkan dengan penularan HIV melalui penggunaan jarum suntik atau transfusi darah yang tidak aman.

Penularan HIV terutama terjadi pada kelompok heteroseksual dan homoseksual, dan sekitar 30% penularan terjadi dari suami ke istri.

“Sebanyak 35% dari populasi yang terinfeksi HIV adalah ibu rumah tangga, sedangkan sisanya adalah suami pekerja seks dan kelompok MSM (laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki),” ungkap Syahril.

Tingginya kasus pada ibu rumah tangga juga disebabkan karena hanya 55% dari ibu hamil yang mendapatkan izin dari suaminya untuk melakukan tes HIV.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 7.153 orang dinyatakan positif terinfeksi HIV, dan 76% dari mereka belum mendapatkan pengobatan ARV, yang dapat meningkatkan risiko penularan kepada bayi.

Syahril menyoroti bahwa jumlah tes yang dilakukan tidak sebanding dengan tingkat risiko yang tinggi, sehingga sekitar 45 persen bayi yang lahir dari ibu yang positif HIV akan terinfeksi HIV dan hidup dengan status HIV positif seumur hidup.

“Sampai saat ini, secara kumulatif ada 14.150 anak usia 1-14 tahun yang positif HIV dan akan memengaruhi kualitas hidup ke depannya. Angka ini setiap tahun bertambah 700-1000 anak dengan HIV,” katanya.

Jika hal ini dibiarkan, infeksi akan terus terjadi karena hanya 429.215 dari 526.841 orang dengan HIV yang terdeteksi atau mengetahui status HIV mereka.

Artinya, masih ada sekitar 100.000 orang dengan HIV yang belum terdeteksi dan berpotensi menularkan HIV. Selain itu, sekitar 300 ribu pasien positif HIV tidak mendapatkan pengobatan yang berpotensi menularkan virus.

Maka dari itu, Syahril menekankan pentingnya melakukan skrining pada setiap individu untuk mencapai eliminasi, termasuk dalam pemutusan mata rantai penularan HIV dari ibu ke bayi.

Ia meminta dukungan dari semua pihak untuk membantu para ibu yang terinfeksi HIV mendapatkan pemeriksaan HIV dan pengobatan Antiretroviral (ARV) yang cukup untuk mengurangi risiko penularan virus dan mencegah AIDS.

Dengan melakukan hal ini, jumlah anak yang terinfeksi HIV dapat ditekan, serta angka kesakitan dan kematian akibat HIV dapat ditekan, dan yang terpenting, beban negara dalam penanggulangan masalah kesehatan masyarakat dapat ditekan.

“Hasil akhir yang dihasilkan adalah angka dan data anak yang terinfeksi HIV sejak dilahirkan dapat ditekan, angka kesakitan dan kematian dapat ditekan dan yang terpenting adalah menekan beban negara dalam penanggulangan masalah Kesehatan masyarakat,” tuturnya.

Advertisement div class="td-visible-desktop">