JAKARTA- Ketimpangan atau Gini Ratio Jawa Barat selalu berada di atas rata-rata nasional sejak tahun 2011. Hal ini menunjukkan lapisan bawah masyarakat semakin sedikit menerima dampak pembangunan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Jawa Barat berada di posisi tertinggi setelah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Gorontalo untuk provinsi yang memiliki Gini Ratio paling tinggi di Indonesia pada Septermber 2016. Gini Ratio Jawa Barat sebesar 0,402 sama dengan Provinsi Jawa Timur.
Sementara Gini Ratio nasional sebesar 0,394. “Terdapat delapan provinsi yang gini rationya berada di atas rata-rata nasional,” kata Kepala Badan Pusat Statistik Suhariyanto di Jakarta seperti dilansir PR,Kamis (2/2).
Meskipun demikian khusus Jawa Barat, ketimpangannya masih tinggi. Deputi Bidang Statistik Sosial BPS, Sairi Hasbullah mengatakan, ketimpangan di Jawa Barat berada di atas rata-rata nasional sejak tahun 2011. “Sebelumnya pun memang selalu mendekati batas ketimpangan rata-rata nasional. Namun sejak 2011 sellau berada di atas rata rata,” ujarnya.
Dia menambahkan, Jawa Barat merupakan kawasan industri yang rawan terjadi ketimpangan antara masyarakat berpendapatan tinggi dan rendah. Meskipun demikian, berdasarkan grafik terjadi peningkatan masyarakat kelas menengah.
“Itu artinya aktifitas ekonomi masyarakat bawah kurang berkembang secara baik. Pembangunan di Jawa Barat kurang berdampak pada masyarakat bawah,” ujarnya.
Menurut Sairi, proses pembangunan lebih banyak dinikmati oleh lapisan kelompok menengah. Ini mengindikasikan bahwa pembangunan infrastruktur, kemudahan dan pemberian fasilitas berusaha pada kelompok UMKM yang ditopang inflasi rendah, lebih membantu menggeliatnya ekonomi kelas menengah. Namun upaya tersebut belum cukup kuat menyentuh lapisan terbawah masyarakat.
Jawa Barat termasuk empat provinsi di Indonesia yang pertumbuhan produksi IKM nya menurun selain Riau, Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Bangka Belitung. Sementara pertumbuhan tertinggi ditempati oleh Kalimantan Utara sebesar 29,81 persen.
Pertumbuhan Produksi Industri Manufaktur Mikro dan Kecil dipengaruhi oleh industri makanan yang berkontribusi sebesar 27,13 persen. Produksi IMK industri makanan naik 7,52 persen. Namun pertumbuhan positif terbesar berasal dari industri komputer, barang elektronika dan optik sebesar 31,18 persen. Sementara pertumbuhan negatif terbesar adalah industri barang logam, bukan mesin dan peralatannya yang turun sebesar 11,97 persen.
