Ketupat dan Lontong dalam Plastik Picu Risiko Kesehatan Serius

Ketupat. (Foto: Shutterstock)

JAKARTA – Makan ketupat dan lontong telah menjadi tradisi khas saat Hari Raya Idul Fitri. Hidangan ini sering disajikan dengan sayur santan yang menggugah selera.

Secara ideal, ketupat dan lontong dibuat dengan membungkus nasi atau ketan menggunakan daun pisang atau janur kelapa. Namun, saat ini banyak pedagang yang menggunakan plastik sebagai pembungkus alternatif.

Menurut Dr. Tan Shot Yen, ahli gizi masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, penggunaan plastik sebagai pembungkus lontong atau ketupat dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius.

“Plastik yang terpapar panas, terutama jenis tertentu, dapat melepaskan zat kimia berbahaya yang bisa masuk ke dalam makanan dan tubuh, menyebabkan masalah kesehatan seperti gangguan hormonal, masalah reproduksi, dan bahkan risiko kanker,” kata Tan dilansir dari Antara.

Secara tradisional, lontong dan ketupat dibuat dari beras yang dikukus hingga padat. Lontong biasanya dibungkus dengan daun pisang, sementara ketupat menggunakan anyaman janur kelapa.

Tan menyarankan agar masyarakat tetap menggunakan bahan alami ini, karena tidak hanya lebih aman tetapi juga memberikan aroma khas yang dapat meningkatkan cita rasa makanan, terutama saat disajikan bersama rendang atau opor ayam.

Saat Lebaran, masyarakat sering menyimpan lontong dan ketupat untuk dikonsumsi keesokan harinya. Untuk menjaga kualitasnya, Tan merekomendasikan agar lontong disimpan di kulkas dan dikukus kembali sebelum disantap.

“Menyimpan lontong sebaiknya sama seperti nasi matang. Masuk kulkas dan kukus ulang saat mau makan,” tuturnya.

Ia juga tidak lupa menyarankan untuk mengonsumsi lontong atau ketupat secara sadar agar tidak terlalu banyak. Takaran yang dianjurkan sekali makan adalah satu ukuran ketupat atau lontong, karena itu setara denga satu porsi nasi yaitu 150 gram.

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here