Korsel dan Korut Berlomba Hingga Antariksa

Ko.rsel dan Korut bersaing meluncurkan satelit. Korsel meluncurkan satelit komerisil Nuri (24/5), sebaliknya Korut juga tak mau kalah, akan meluncurkan satelit mata-mata yang pertama buatannya.

DUA negara bertetangga dan serumpun Korea Selatan dan Korea Utara yang masih berstatus perang terus bertarung sampai ke ruang angkasa di bidang teknologi komersil mau pun persenjataan.

Korsel kembali meluncurkan roket Nuri yang diklaim sebagai roket komersil, walau pengamat menduga, roket dengan panjang 47 meter dan bobot 200 ton di kemudian hari bisa dimodifikasi untuk pengoperasian rudal.

Direktur Proyek Roket Nuri, Institut Ruang Angkasa Korsel (KARI) Ko Yeong-hwan menjelaskan, peluncuran ketiga  ini bertujuan untuk menempatkan satelit komersil NEXTsat berbobot 180 Kg untuk misi observasi ke orbit sasaran di ketinggian 500 Km dari bumi.

Peluncurannya sendiri sempat tertunda beberapa jam , menurut dia, terjadi akibat terjadi gangguan teknis berupa miskomunikasi antara petugas yang menangani komputer pengendali roket dan perangkat komputer di landasan.

Dibutuhkan waktu sepuluh tahun dan dana 1,5 miliar dollar AS (sekitar Rp22,5 triliun) untuk meluncurkan Nuri yang membawa delapan satelit termasuk NEXTsat.

Pemerintah Korsel meyakinkan, satelit NEXTsat dilengkapi radar dengan kemampuan menangkap gambar beresolusi tinggi dalam segala cuaca, bukan untuk tujuan militer, melainkan untuk memverifikasi radar pencitraan dan mengamati radiasi kosmik di orbit dekat bumi.

Namun sjumlah pakar meyakini, roket Nuri dan satelit NEXTSat akan mendukung Korsel mendapatken teknologi dan sains yang diperlukan untuk pengoperasian satelit observasi militer dan merancang sistem rudal yang lebih kuat.

Peluncuran roket Nuri menempatkan Korsel sebagai negara ke-sepuluh yang mengirimkan satelit ke angkasa luar dengan roket buatannya sendiri. Nuri berhasil memasuki orbit pada peluncuran kedua, setelah pada peluncuran pertama pada 2021, berhasil mencapai ketinggian jang disasar, tetapi gagal memasuki orbit.

Sebaliknya, Korut yang sudah menguji seratus rudal balisitik yang sebagian mampu membawa senjata nuklir sejak awal 2022, tak mau kalah dengan dengan meluncurkan satelit mata-mata pertamanya.

Dalam peninjauan ke pusat peluncuran satelit tesebut (16/5), Pemimpin Korut Kim Jong Un mengatakan, satelit tersebut akan meningkatkan keandalan Korut menangkal serangan dari AS mau pun Korsel.

Walau pun para pakar Korsel menilai, satelit mata-mata Korut tersebut tidak mampu menghasilkan gambar dengan resolusi tinggi, masih bisa digunakan untuk mengawasi gerakan armada kapal perang AS atau pesawat-pesawat tempur Korsel.

Korsel sendiri selama ini mengandalkan sistem pertahanan Aegis yang dipasang di kapal-kapal perang, sistem rudal anti rudal Patriot dan Sistem Pertahanan Area Terminal Tinggi (THAAD), semua buatan AS, guna  menangkal potensi serangan rudal Korut.

Persaingan teknologi untuk penguatan pertahanan dari ancaman lawan tentu akan menguras anggaran negara yang selayaknya lebih bermanfaat jika dialokasikan bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. (AP/ns)