spot_img

Mencari (Mayat) Pengungsi yang Hilang

MIDETERANIA – Perjalanan berbahaya menuju daerah aman karena konflik perang, memang tidak mengenakkan tapi itu harus ditempuh dari pada mati sia-sia. Itulah yang dilakukan pengungsi dari Timur Tengah ke Eropa dua tahun terakhir. Apalagi ketika melewati Laut Mideterania, yang gelombang lautnya sulit diprediksi.

Seperti Gholam, misalnya, Ia terakhir melihat istri dan dua anaknya sesaat sebelum gelombang tinggi menghancurkan perahu mereka, membuat puluhan orang yang ada di kapal itu terjun ke laut.

Kisah pilu di 16 Oktober 2015 itu, tidak akan pernah terlupakan oleh Gholam, seorang pengungsi Afghanistan dari Kabul.

Ketika itu, ia sempat memegang kepala putra sulungnya dan mengapungkannya di atas air, sehingga ia bisa terus bernapas dan selamat. Ia berusaha melawan angin dan ombak yang menghempas disertai kegelapan malam, dia berusaha mencari isteri dan anaknya yang lain, tapi ia tidak menemukan. Anak lakinya yang hilang masih berusia empat tahun dan juga seorang putri yang masih berusia sembilan tahun.

Gholam, anaknya dan pengungsi lainnya yang terapung di air akhirnya diselamatkan oleh awak kapal besar yang melintas di dekat mereka yang tengah terombang-ambing di laut. Mereka dinaikkan ke atas kapal dan diserahkan ke penjaga pantai Turki.

Selanjutnya Tim SAR Turki melakukan pencarian selama 24-jam, mereka hanya menemukan beberapa orang yang masih hidup dan lainnya sudah mati. Namun, istri Gholam dan kedua anaknya yang hilang tidak ada di antara mereka.

Putra sulung Gholam selamat dari perjalanan laut berbahaya itu, tapi dua saudara kandung lainnya dan ibunya sampai saat ini masih hilang.

“Saya pikir, jika mereka mati, maka di mana tubuh mereka?” tanya Gholam.

Meskipun demikian, setiap hari ribuan orang sampai sekarang, masih saja berani melakukan perjalanan laut berbahaya menuju Eropa. Banyak pengungsi yang berhasil mencapai Yunani, namun ada pula yang tidak pernah terdengar lagi.

Banyak pula yang dianggap mati, dengan dimakamkan di kuburan tak bertanda. Sementara proses untuk mengidentifikasi mereka, terhalang oleh birokrasi dan logistik.

Menurut Maria Landri – koordinator untuk departemen layanan pelacakan dari Palang Merah, sebuah departemen yang bertujuan untuk membantu keluarga-keluarga ini – saat ini ada 900 kasus yang tengah diidentifikasi, sedangkan 114 kasus lainnya telah diselesaikan sejak 2014.

“Ini hanya mewakili sebagian kecil dari lebih dari 4.400 orang hilang, menurut Organisasi Internasional untuk Migran (IOM),” ungkapnya.

Banyak yang mungkin sudah mati, meskipun ada kekurangan data yang akurat, kata Fragkiska Megaloudi, juru bicara Komite Internasional Palang Merah di Yunani.

“Identifikasi orang hilang dan mayat tak dikenal membutuhkan sistem yang efektif untuk memungkinkan data yang akan dipertukarkan antara otoritas Eropa,” kata Megaloudi

Salahsatu kendala adalah kurangnya database yang komprehensif bagi orang-orang yang telah meninggal, sehingga berdampak pada layanan forensik Yunani. Termasuk kekurangan sumber daya manusia dan peralatan logistik.

Inggris Rescues, sebuah organisasi yang baru didirikan pada tahun 2015, telah melangkah untuk membantu dalam pencarian tersebut, dengan basis relawan yang tersebar di seluruh Eropa.

Seperti diungkapkan Al Jazeera, awalnya kegiatan mereka memfokuskan diri pada menyelamatkan pengungsi dari laut. Inggris Rescues kemudian membuka divisi pencarian orang yang terpisah dengan keluarganya. Saat ini organisasi ini sedang menjalankan sekitar 250 kasus pencarian.

spot_img

Related Articles

spot_img

Latest Articles