Menikmati Sejuknya Kebun Raya Liwa, Cocok untuk Healing

Kebun Raya Liwa.  (Foto: Instagram.com/pariwisata_lampungbarat)

JAKARTA – Garis khatulistiwa yang melintasi wilayah Indonesia memberikan banyak manfaat, terutama bagi keberagaman hayati di Indonesia. Menurut data Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), ada lebih dari 1.500 jenis alga, 80 ribu spesies jamur, 600 spesies lumut, dan lebih dari 40 ribu spesies tumbuhan berbiji yang berkontribusi sekitar 16 persen dari jumlah flora di dunia.

Selain itu, Indonesia juga menjadi rumah bagi 8.200 spesies vertebrata dan sekitar 2.000 spesies kupu-kupu, yang merupakan sekitar 10 persen dari jumlah spesies kupu-kupu di seluruh dunia.

Mengamati kekayaan hayati sebanyak itu bukanlah hal yang mudah, terutama karena luas wilayah Indonesia yang mencakup 1.922.570 kilometer persegi daratan dan 3.257.83 km2 perairan, seperti yang dilaporkan oleh Badan Informasi Geospasial (BIG).

Untungnya, beberapa wilayah di Indonesia memiliki kebun raya sebagai representasi miniatur dari keanekaragaman alam Indonesia. Menurut catatan Yayasan Kebun Raya Indonesia, saat ini terdapat sekitar 47 kebun raya yang mewakili 17 tipe ekoregion.

Dari jumlah tersebut, lima kebun raya dikelola oleh BRIN, lima kebun raya dimiliki oleh pemerintah provinsi, dan sisanya ditangani oleh pemerintah kabupaten/kota.

Salah satu kebun raya tersebut terletak di Liwa, ibu kota Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, yang terkenal dengan komoditas andalannya, yaitu kopi.

Kota Liwa memiliki iklim sejuk dengan suhu rata-rata tahunan sekitar 20 derajat Celsius, karena terletak di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut. Kebun Raya Liwa termasuk dalam kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Secara administratif, Kebun Raya Liwa, yang juga dikenal sebagai KRL oleh masyarakat setempat, berada di wilayah Pekon (Desa) Kubu Perahu, Kecamatan Balik Bukit.

Tempat wisata ini menjadi kebanggaan masyarakat di kabupaten yang dikenal dengan julukan “Bumi Beguai Jejama Sai Betik”, karena merupakan satu-satunya kebun raya di Pulau Sumatra.

KRL terletak sekitar 1 kilometer dari Titik Nol Liwa. Meskipun jaraknya cukup jauh dari Bandarlampung, ibu kota provinsi sekitar 296 km atau 5-6 jam perjalanan darat, KRL tetap menjadi tujuan wisata bagi masyarakat Liwa dan Lampung Barat, terutama pada akhir pekan.

Menurut catatan pengelola Kebun Raya Liwa (KRL), hampir 600 orang mengunjungi kawasan sejuk ini pada akhir pekan. Pada pagi dan sore hari, pengunjung dapat menikmati kabut yang menyelimuti area KRL. Pemerintah Kabupaten Lampung Barat juga telah membangun rumah dinas bupati di seberang KRL.

Melansir indonesia.go.id, Kebun Raya Liwa pertama kali dikembangkan pada 2007 oleh Pemerintah Kabupaten Lampung Barat bekerja sama dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia yang sekarang dikenal sebagai BRIN.

Tujuannya adalah sebagai pusat konservasi flora, objek wisata, edukasi, penelitian, dan jasa lingkungan. Kebun raya ini berada di atas lahan seluas hampir 87 hektar dan resmi digunakan pada tanggal 5 Desember 2017 oleh Bupati Lampung Barat saat itu, Mukhlis Basri.

Para pengunjung tidak perlu membeli tiket masuk karena pengelola masih memberikan akses gratis, hanya diperlukan biaya parkir sebesar Rp5.000-Rp10.000 untuk motor atau mobil.

KRL ini buka pada hari Selasa, Rabu, Kamis, Sabtu, dan Minggu mulai pukul 9.00 WIB hingga tutup pukul 16.00 WIB. Namun, pada hari Senin dan Jumat, kawasan wisata ini ditutup untuk umum.

Ketika mengunjungi KRL, pengunjung akan langsung disuguhi pemandangan Pegunungan Bukit Barisan. Hal menariknya, gerbang masuk berada di puncak kebun raya, sehingga pengunjung dapat langsung melihat seluruh kawasan KRL.

Terdapat jalur pejalan kaki yang dibangun oleh pengelola, memungkinkan pengunjung untuk menjelajahi kawasan KRL dengan panjang ratusan meter.

“Warga Lampung, mari kunjungi Kebun Raya Liwa untuk menikmati keindahan alam dan koleksi tanaman yang ada di sini,” kata Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim saat mengunjungi KRL pada Januari 2021.

Koleksi Tanaman Langka

Vegetasinya berupa perbukitan hijau dengan tumbuhan khas pegunungan seperti jamuju atau kayu embun (Dacrycarpus imbricatus), cemara exelsa (Araucaria exelsa), pinus (Pinus merkusii), pepasang (Quercus sp.), dan pakis ekor monyet (Cibotium barometz). Ada beragam koleksi flora tumbuh dan berkembang yang dibagi ke dalam enam blok area tanam.

Selain itu, terdapat beberapa taman tematik menarik seperti Taman Araceae, Taman Obat Mini, Taman Rumput Bali, dan Taman Hias. Selain itu, juga terdapat kebun pembibitan dan kebun anggrek. Seperti kebun raya lainnya, Kebun Raya Liwa juga menjadi tempat bagi koleksi tumbuhan langka.

Salah satu contoh tanaman langka yang ada di sana adalah anggrek macan (Grammatophyllum speciosum), yang juga dikenal sebagai anggrek raksasa. Tanaman ini dapat tumbuh mencapai tinggi 7,5 meter dan merupakan tanaman anggrek terbesar di dunia.

Selain itu, ada juga tanaman kayu tas (Exbucklandia populnea), yang semakin jarang ditemui dan masih tumbuh secara alami di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS), terutama di kawasan Gunung Pesagi.

Selain itu, terdapat juga tumbuhan langka endemik Sumatra seperti padma raksasa (Rafflesia arnoldii), yang juga dikenal sebagai bunga rafflesia, dan bunga bangkai raksasa (Amorphophallus titanum Becc), yang disebut juga sebagai suweg raksasa.

Di samping itu, terdapat sekitar 98 jenis tanaman pembibitan, 96 jenis anggrek, 25 jenis Araceae, 17 jenis Begoniaceae, 11 jenis Piperaceae, 8 jenis Nepenthaceae, dua jenis Aeschinantus, dan satu jenis Hoya. Selain itu, ada kebun obat yang ditanami oleh 106 jenis tanaman obat dan sekitar 170 jenis tanaman pada kebun koleksi.

Menurut Lili Chrisnawati dari Jurusan Biologi Universitas Lampung yang pernah melakukan penelitian tentang keanekaragaman hayati di KRL, diketahui ada sekitar 15 jenis tanaman buah, dengan mayoritas merupakan buah tropis dengan jumlah sebanyak 572 spesimen, ketika kebun raya ini diresmikan pada tahun 2017.

Saat ini, pengelola KRL telah berhasil menanam lebih dari 6.000 spesimen tumbuhan di atas lahan hampir 35 hektare dari total luas KRL yang mencapai 86,7 hektare.

Jika Anda berada di Liwa atau daerah lain di Lampung dan ingin healing, Kebun Raya Liwa jadi destinasi yang tepat untuk dikunjungi.