Misi Elon Musk gagal Mengorbit Mars

Roket super Heavy milik miliarder Elon Musk yang meluncurkan wahana antariksa Starship dalam prgram Sapce-X ke Orbit Marsk meledak saat dilincurkan dari pusat peluncuran di Boca Chica, Texas, AS 27 Mei lalu. (ilustrasi: doc. Space-X)

PEBINIS global kondang Elon Musk gagal lagi mengorbitkan misi Space-X menuju mars setelah roket Super Heavy-Starship pembawa wahana antariksa Starship yang diluncurkan Selasa lalu (27/5) meledak akibat kebocoran tanki bahan bakar.

Namun Musk dalam akun X-nya menyebutkan, peluncuran  roket Super Heavy-Starship yang ketiga ini menghasilkan pencapaian besar dibandingkan misi penerbangan sebelumnya.

Roket Super-Heavy dalam misi itu membawa wahana anatariksa Starship yang akan digunakan mengangkut manusia dan kargo untuk misi-misi selanjutnya, tidak seperti kapsul antariksa sebelumnya yang hanya digunakan dalam misi ulang-alik sekali jalan.

“Starship berhasil mencapai titik cutoff mesin sesuai jadwal. Ini peningkatan besar dari penerbangan sebelumnya!” tulis Elon Musk di media sosial X, Rabu (28/5) seperti dilansir kompas.com.

Selain itu, menurut dia, tidak ada kehilangan signifikan pada pelindung panas selama pendakian, sedangkan kebocoran menyebabkan tekanan tangki utama hilang saat melayang dan fase reentry (kembali memasuki orbit Bumi).

Roket yang diluncurkan pada 27 Mei itu terdiri dari dua bagian yakni Super Heavy sebagai roket pendorong dan wahana trasportasi antariksa Starship, namun sayangnya, uji coba roket ke-9 Super Heavy-Starship  berujung ledakan seperti dua peluncuran sebelumnya atau menandai kegagalam program  Space-X  meluncurkan roket tiga kali berturut-turut.

Musk menambahkan bahwa ritme peluncuran roket untuk tiga penerbangan berikutnya akan semakin rapat.  Namun, rencana itu hanya bisa terwujud jika tim teknik bisa segera menemukan dan memperbaiki penyebab kegagalan uji coba sebelumnya.

Dilansir dari CBS News, peluncuran dengan nama “Integrated Flight Test 9” dimulai di fasilitas Space-X yang berlokasi di Boca Chica, Texas.

Mereka menggunakan Super Heavy daur ulang, yang pernah diluncurkan sebelumnya dan mendarat pada uji coba ke-7 pada Januari lalu.

Roket besar itu didorong 33 mesin Raptor bertenaga metana yang menghasilkan dorongan sebesar 16 juta pon untuk membawa Starship ke luar atmosfer bawah sepanjang 160 kaki, memisahkan diri, melanjutkan perjalanan menuju Samudra Hindia selatan untuk menguji pendaratan secara vertikal.

Uji Tehnik baru. 

Saat diluncurkan, Super Heavy mencoba teknik baru dengan  berbalik arah untuk kembali ke lokasi peluncuran. Lintasan lebih curam dari biasanya berfungsi untuk menguji tekanan panas dan aerodinamis.

Mempertimbangkan risiko tinggi tes tersebut, Space-X memutuskan pendaratan di laut daripada mencoba menangkap roket di menara peluncuran.

Menyusul dua kegagalan sebelumnya, Super Heavy gagal mendarat setelah mengalami kerusakan ketika dinyalakan ulang untuk pendaratan di Teluk Meksiko.

Ketika Starship berhasil mencapai lintasan suborbital, tanki bahan bakarnya  mengalami kebocoran sehingga membuatnya berputar di luar kendali dan hancur saat memasuki atmosfer.  Sepanjang tahun ini, peluncuran Space-X juga pernah mengalami kegagalan.

Kebocoran bahan bakar di area di atas mesin menyebabkan kebakaran berkepanjangan, mematikan hampir seluruh mesin dan membuat roket meledak delapan menit setelah peluncuran.

Salah satu mesin tahap atas mengalami kegagalan mekanis yang menyebabkan pencampuran bahan bakar tidak disengaja yang memicu ledakan.

Setelah gagal pada misi sebelumnya, Space-X melakukan banyak perbaikan a.l. sistem pembuangan bahan bakar baru dengan menyesuaikan tingkat dorong dan menambah sistem ventilasi nitrogen untuk mencegah kebakaran.

Pada uji coba ke-8 Maret lalu, semua perbaikan tampaknya berjalan baik, namun  Starship kembali meledak karena kegagalan perangkat keras di salah satu mesin Raptor.

Untuk mengatasi hal ini, Raptor tahap atas dilengkapi sistem pembersih nitrogen baru, saluran bahan bakar lebih aman, dan sambungan yang lebih kuat.

Penting untuk dukung NASA 

Peluncuran Super Heavy-Starship penting untuk mendukung  rencana NASA mengirim astronot ke bulan beberapa tahun ke depan selain mendukung rencana Musk mengirim manusia ke Planet Mars.

Dalam proyek Artemis, NASA akan menggunakan roket Starship untuk pendaratan ke bulandan rencananya akan mengirim awak ke orbit Bulan dengan roket sendiri sebelum naik Starship untuk turun ke permukaan bulan.

Namun sayangnya, masa depan Artemis jadi tidak menentu karena Presiden AS Donald Trump ingin membatalkan penggunaan roket SLS dan kapsul Orion, sedangkan Musk lebih memilih langsung menuju ke Mars ketimbang ambil bagian dalam   misi ke Bulan.

Untuk mencapai tujuan itu, Starship bakal melakukan banyak uji coba sebelum membawa manusia ke mars, namun sebelum peluncuran ke-9, Musk mengungkap kemungkinan peluncuran roket dari Bumi ke Mars baru tahun depan.

“Kalau beruntung, kami punya peluang sekitar 50 persen bisa kirim wahana dari Bumi ke Mars akhir tahun depan. Sekitar November atau Desember, sekitar 18 bulan,” terang Musk.

Saat ditanya apakah estimasi waktu realistis atau tidak, Musk mengaku bisa jadi ia keliru. “Yah, aku mencoba memberi estimasi tengah-tengah. Jadi, separuh waktu saya keliru,” kilahnya.

Pencapaian manusia seolah-olah tanpa batas di era perlombaan teknologi now. Sky is no limit, kecuali bagi umat beragama, kekuasaan Allah  tidak bakal bisa didekati, apalagi disamai! (CBS/ns)

 

Advertisement div class="td-visible-desktop">

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here