NATO dan Rusia Asah Kekuatan

NATO berencana menyebar 8.000-an pasukannya di Eropa Timur, termasuk ke Polandia untuk mendukung Ukraina dari kemungkinan invasi Rusia.

WALAU perang antara Rusia dan Ukraina belum tentu pecah, Amerika Serikat bersama kekuatan Aliansi Atlantik Utara (NATO) dan Ukraina di satu pihak dan lawannya, Rusia saling unjuk gigi dan bersiap diri.

Rusia selain telah mengerahkan sekitar 100.000 anggota pasukan dan senjata berat ke perbatasan dengan tetangganya, Ukraina, pekan lalu juga melakukan manuver tempur bersama Belarusia.

Tidak tanggung-tanggung, latgab dengan Belarus di dekat perbatasan Ukraina mentertakan alutsista berat seperti tank-tank, artileri pesawat tempur dan helikopter serang,  dilakukan dalam dua tahap yakni antara 2 sampai 9 Februari dan 10 sampai 20 Februari .

Latgab tahap pertama dengan skenario mempertahankan obyek-obyek vital, sedangkan latgab sesi kedua dengan skenario menerapkan strategi untuk memukul mundur invasi lawan.

Tak mau kalah, Ukraina juga menghimpun kekuatan termasuk merekrut satuan perempuan dan menggelar latihan perang kota di kota Chernobyl yang dikenal dengan kebocoran reaktor nuklirnya pada April 1986 yang menewaskan sekitar 100 orang.

Pasukan AS yang tergabung dalam kekuatan NAT0 berencana menempatkan 8.000 an anggota pasukannya di negara-negara Eropa Timur, sekitar 1.700-an di antaranya diberitakan sudah tiba di  bandara Rzeszow-Jesionka Polandia selatan  yang hanya berjarak 45 Km dari tapal batas Ukraina.

Pasukan yang baru tiba tersebut, menurut informasi dari Kemenhan Polandia, berasal dari Divisi Lintas Udara ke-82 AS yang dikenal sudah malang-melintang di berbagai palagan dunia yang mengemban misi Pentagon sebagai pasukan yang sudah berada di titik konflik di mana pun dalam 18 jam.

Rusia terkait isu Ukraina juga tidak sendiri. Presiden Rusia Vladimir Putin saat melawat ke China Jumat lalu (4/2) juga mendapat dukungan secara terbuka dari mitranya, Presiden China Xi Jin Ping.

Mereka menentang perluasan keanggotaan NATO dan menyerukan agar Aliansi Pertahanan Attlantik Utara itu meninggalkan pendekatan ideologis seperti pola-pola yang dilakukannya pada era Peran Dingin lalu.

Perang kata-kata dan saling melakukan latihan perang oleh kedua belah pihak yang bersteru diharapkan tidak berlanjut sampai pecahnya perang. (AP/AFP/Reuters)

Advertisement div class="td-visible-desktop">