Pengungsi Gempa Lombok Keluhkan Bantuan yang Tidak Merata

Ilustrasi

LOMBOK – Beberapa pengungsi musibah gempa Lombok di posko pengungsian di Kecamatan Sembalun dan Sambelia mengeluhkan ketidakmerataan pemberian bantuan oleh sejumlah elemen donatur.

Salah satu pengungsi, Inak Denim, di Dusun Sajang, Kecamatan Sembalun ini mengaku sudah tiga hari berada di tenda pengungsian, tapi pendistribusian bantuan masih banyak yang kurang.

“Masih banyak yang kurang. Kalaupun kita lihat ada pengiriman bantuan hanya lewat aja,” keluhnya saat berada di pengungsian Desa Sajang, Sembalun, Rabu.

Menurut dia, akibat tidak merata distribusi bantuan banyak di antara warga yang akhirnya harus rela tidak menerima bantuan.

“Bantuan tetap ada dikirimin. Tapi kan gak cukup juga. Ya itu tadi ada yang dapat banyak ada yang dapatnya sedikit,” katanya menjelaskan.

Ketua Komisi III DPRD NTB H Johan Rosihan yang juga ikut turun langsung ke sejumlah lokasi di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Utara mengakui jika distribusi bantuan masih kurang dikoordinasikan.

Di mana masing-masing lembaga sosial, perorangan, dinas instansi juga pemda masih jalan sendiri. Dirinya pun melihat ini sangat menyayangkan hal seperti ini bisa terjadi, meski sesungguhnya NTB telah memiliki pengalaman menangani bencana.

Menyikapi persoalan ini, kata Johan, lembaga sosial ataupun instansi terkait termasuk pemda perlu mengatur langkah agar beriringan sehingga terkesan kompak.

“Alangkah bagusnya dinas sosial atau BNPB mendata lembaga sosial yang menurunkan tim dan posko. Selanjutnya dibagi posisinya pada daerah terdampak secara merata dan proporsional. Sehingga tidak terkesan jalan sendiri-sendiri dan penanganan/pendataan bisa lebih maksimal,” usulnya.

Sebab, menurut dia, kalau hal ini terus dibiarkan dikhawatirkan masyarakat bisa berteriak dan antipati terhadap pemerintah maupun petugas yang ada di lapangan.

“Makanya ini harus segera dicarikan jalan keluar. Jangan terus dibiarkan. Kasihan masyarakat sudah tiga hari berada di pengungsian dengan kondisi yang sedang trauma. Jangan lagi tambah beban pikiran mereka dengan ini dan itu. Meski pun dalam kondisi ini 100 persen bisa sempurna,” katanya, dikutip Antara.

Advertisement div class="td-visible-desktop">