JAKARTA – Kekeringan yang melanda beberapa wilayah di Indonesia diprediksi berlangsung hingga bulan November 2015 mendatang. Menurut Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho, banyak faktor yang menyebabkan kekeringan kerap melanda wilayah tersebut.
“Kalau di Jawa, jumlah penduduk sekira 146 juta jiwa juga memberi pengaruh (kekeringan), sehingga saat musim kemarau banyak penduduk yang mengalami kekurangan air,” kata Sutopo dalam keterangan persnya, Selasa (28/7/2015).
Selain faktor jumlah penduduk, kata Sutopo, terdapat beberapa wilayah di Jawa yang memang secara alamiah dan geografis daerahnya kering, seperti Wonogiri, Boyolali, Pacitan, Gunungkidul, Blora, Tuban, dan lainnya sehingga kekeringan sudah terjadi sejak lama. Uniknya Masyarakat hidup harmoni dengan kondisi tersebut.
“Sebetulnya fenomena kekeringan sudah berlangsung lama, masyarakat sudah adaptasi dan melakukan antisipasi dengan membuat tandon air, hemat air dan lain-lain. Namun seiring berkembangnya informasi dan media massa, masalah kekeringan banyak dimediakan setiap tahun sehingga seolah masalah yang baru,” terangnya.
Sutopo menegaskan, defisit air akan makin meningkat di masa mendatang karena bertambahnya penduduk, degradasi lingkungan, dan dampak perubahan iklim. Karenaya BNPB menyusun solusi penanganan kekeringan dengan dua jenis, yaitu jangka pendek berupa distribusi air bersih dengan tangki air, perbaikan pipa, pembuatan sumur bor, pompanisasi, pembangunan bak-bak penampungan air hujan, sumur resapan, pemanenan hujan, pembangunan embung, dan hujan buatan jika memungkinkan.
“Untuk jangka panjang solusi total perlu upaya menyeluruh dan komitmen politik yang kuat, misal pembangunan waduk, pengelolaan DAS, konservasi tanah dan air,” tandasnya.