LEBANON – Perdana Menteri sementara Lebanon Najib Mikati mengatakan bahwa sekitar satu juta orang telah mengungsi karena serangan Israel, menandai gelombang pengungsian terbesar dalam sejarah negara tersebut.
“Lebanon tengah mengalami gelombang pengungsian terbesar dalam sejarahnya,” katanya dalam konferensi pers setelah pertemuan komite darurat pemerintah di Beirut.
“Prioritas kami adalah menghentikan agresi Israel yang sedang berlangsung melalui upaya diplomatik yang berkelanjutan. Kami tidak punya pilihan lain,” katanya.
Mikati juga menegaskan kembali komitmen Lebanon terhadap Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa 1701, yang menyerukan penghentian permusuhan antara Israel dan Hizbullah.
“Tentara Lebanon siap untuk melaksanakan resolusi tersebut,” katanya, menekankan pentingnya mencegah eskalasi lebih lanjut.
Secara terpisah, Mikati melakukan panggilan telepon dengan mitranya dari Irak Mohammed Shia al-Sudani di mana ia berterima kasih kepada Baghdad atas dukungan dan bantuannya kepada Lebanon.
Sudani menegaskan kembali komitmen Irak untuk mendukung Lebanon, kata kantor Mikati dalam sebuah pernyataan.
Perdana menteri Irak juga menyampaikan belasungkawa atas terbunuhnya Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah dalam serangan udara Israel di Beirut pada Jumat.
Tentara Israel telah menggempur Lebanon sejak 23 September, menewaskan sedikitnya 816 orang dan melukai lebih dari 2.500 orang, kata Kementerian Kesehatan Lebanon.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan hampir 41.600 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, menyusul serangan lintas perbatasan oleh Hamas pada 7 Oktober lalu.
Setidaknya 1.673 orang telah tewas sejak itu, termasuk 194 wanita dan 104 anak-anak, dan lebih dari 8.600 lainnya terluka, menurut otoritas Lebanon.
Masyarakat internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat meningkatkan konflik Gaza yang sedang berlangsung menjadi perang regional yang lebih luas.