Terlambat Amputasi, Tumor Gerogoti Tubuh Zulkarnain

0
2577

PADANG–Sudah delapan bulan Zulkarnain (47) tak lagi berkarya. Ia tak mampu lagi bekerja sebagai Security di Navigasi Bungus dikarenakan sakit yang menimpanya.

Tumor yang mengganas dalam empat bulan terakhir, menyerang bahagian bahu kiri atas Zulkarnain. Kini dari leher, lengan atas hingga bawah ketiak telah membengkak dengan berat daging 5 Kg.

Dua bulan sebelumnya tak separah ini. Sebagai solusi, Dokter menyarankan agar bahu beliau diamputasi. Namun beliau menolak, memilih pengobatan dan perawatan di rumah. Tak disangka, tumornya malah berkembang pesat hingga sekarang. Menjalar ke bagian saraf-saraf penting di leher dan tubuh, terlambat untuk bisa memilih solusi amputasi.

Ungkap Sang Ibu, Zulbainar (69), tumor ini berawal di tahun 2016 silam, saat sang anak bekerja memangkas pohon kelapa. Saat mengayun golok, bunyi ‘krek’ terdengar dari bahu kirinya. Namun ia hiraukan karena tak ada masalah saat itu.

Dua bulan berikutnya sendinya mulai terasa nyeri. Berbagai macam pengobatan tradisional ia lalui, namun tak kunjung sembuh dan malah membengkak. Akhirnya, saat diperiksakan ke dokter, baru diketahui, bahwa bunyi yang dihasilkan tempo lalu diakibatkan berselisihnya tulang bahu dan lengan, sehingga menyebabkan ada rongga dan infeksi. Dokter menyarankan amputasi, namun Zulkarnain tak bisa membayangkan tanpa sebelah tangannya, bagaimana ia akan bekerja? Dan akhirnya penyakit ini menjadi tumor ganas yang membuat ia terkapar tak berdaya.

Tak mampu lagi menopang kebutuhan istri dan dua anaknya, akhirnya sekeluarga ia tinggal di rumah orangtuanya di Perum Mulya Asri, Blok J No.3, Lubuk Begalung, Padang Timur. Padahal, orangtua Zulkarnain sendiri juga termasuk kurang mampu. Namun, begitulah kasih sayang orangtua sepanjang jalan. Optimis dengan uang pensiunan bapaknya yang 30 tahun lalu berprofesi sebagai TNI Angkatan Laut. Belum cukup, sang ibu menyurati Dinas Pertahanan, dan Alhamdulillah, permintaan beliau untuk mendapat tunjangan kesehatan dikabulkan. Ditambah dengan santunan untuknya sebagai istri dari saksi sejarah perjuangan meraih kemerdekaan Indonesia.

Dengan kasih sayang, sang Ibu merawat ia dan bapaknya yang sudah mulai tua dan pikun. Terlihat kasih sayang beliau saat Tim Dompet Dhuafa Singgalang melaksanakan survey ke rumah beliau beberapa waktu lalu, serta saat mengunjungi dan menyerahkan bantuan untuk Zulkarnain yang tengah dirawat di RS. M. Djamil pada Rabu (12/7).

Memang, perawatan di RS ditanggung oleh BPJS, namun obat-obat tambahan, obat herbal dan salep yang dibutuhkan sehari-hari harganya cukup mahal. Minimal habis Rp.250.000,- untuk enam hari.

“Kami sudah pasrah, karena memang tidak ada jalan lain karena terlambat diamputasi. Kami cuma berharap dicukupi rezeki, agar mampu menanggung biaya pengobatan dan perawatan anak saya, semoga masih ada jalan agar penyakit ini bisa disembuhkan,” pungkas Zulbainar. (nisa)

Advertisement div class="td-visible-desktop">